(TAFSIR DAN ASBABUN NUZUL
SURAT AL-LUQMAN)
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Pendidikan diyakini sebagai kunci pembangunan dan
pengembangan sumber daya manusia. Namun, pendidikan kita mengalami proses
“dehumanisasi”. Dikatakan demikian karena pendidikan mengalami proses
kemunduran dengan terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan yang dikandungnya. Realitas proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah
selama ini hamper tidak memberikan
peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan
berpikir kritis mereka. Peserta didik masih saja menjadi obyek. Mereka
diposisikan sebagai orang yang tertindas, orang yang tidak tahu apa-apa, orang
yang harus dikasihani, oleh karenanya harus dijejali dan disuapi. Setiap hari
indoktrinasi dan brainwashing terus saja terjadi terhadap anak-anak. Anak-anak
terus saja dianggap sebagai bejana kosong yang siap dijejali aneka bahan dan
kepentingan demi keuntungan semata. Anak-anak dipasung kebebasannya, tidak lagi
dilihat sebagai anak (lebih-lebih di pendidikan dasar), tetapi sebagai robot, beo,
dan kader politik mini yang hanya tahu melaksanakan perintah ”tuan”nya.
Seorang
guru adalah seorang pendidik. Pendidik ialah “orang yang memikul tanggung jawab
untuk membimbing”.(Ramayulis,1982:42) Pendidik tidak sama dengan pengajar,
sebab pengajar itu hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada murid.
Prestasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang pengajar apabila ia
berhasil membuat pelajar memahami dan menguasai materi pengajaran yang
diajarkan kepadanya. Tetapi seorang pendidik bukan hanya bertanggung jawab
menyampaikan materi pengajaran kepada murid saja tetapi juga membentuk
kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.
Pendidikan
diyakini sebagai kunci pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia. Namun,
pendidikan kita mengalami proses “dehumanisasi”. Dikatakan demikian karena
pendidikan mengalami proses kemunduran dengan terkikisnya nilai-nilai
kemanusiaan yang dikandungnya. Dan didalam filsafat terdapat berbagai
mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme,
dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,
sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun
kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat
itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar.
- Pembatasan Masalah
Pembatasan
masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian
ini, masalah dibatasi pada pengertian
tafsir, filsafat pendidikan dalam al qur’an,
tujuan pendidikan dalam al qur’an, pendidikan
sebagai proses humanisasi, dan sifat sifat pendidik yang baik.
- Perumusan Masalah
Dalam
makalah ini terdapat beberapa penjabaran materi dari latar belakang diatas.
Diantaranya yaitu:
1.
Bagaimana pengertian tafsir ?
2. Bagaimana filsafat pendidikan
dalam al qur’an ?
3. Bagaimana
tujuan pendidikan dalam al qur’an ?
4. Bagaimana
pendidikan sebagai proses humanisasi ?
5. Bagaimana
sifat sifat pendidik yang baik ?
- Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian tafsir.
2. Untuk mengetahui filsafat
pendidikan dalam al qur’an.
3. Untuk
mengetahui tujuan pendidikan dalam al
qur’an.
4. Untuk
mengetahui pendidikan sebagai proses humanisasi.
5. Untuk
mengetahui sifat sifat pendidik yang baik.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Tafsir
Secara lughot, Tafsir
ialah menerangkan dan menyatakan, sedangkan secara istilah Tafsir ialah
mensyarahkan lafadh yang sukar dipahamkan oleh pendengar dengan uraian yang
menjelaskan maksud.
Surat
al-Luqman 13
وﺍذ قال لقمان لأبنه وهو يعظه يا بني لا تشرك با لله إ ن الشرك لظلم عظيم
Artinya:
Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasehat
kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.
kezaliman yang besar.
Di dalam surat ini Allah memberikan
pelajaran kepada kita akan kesholehan Luqman dalam memberikan nasehat kepada
anaknya, yakni nasehat yang mengandung unsur “keilmuan” yang mendalam,
“keihklasan” yang suci dan “kecintaan”yang tinggi. Luqman adalah sosok ayah
pilihan Allah. Nasehat yang disampaikan pada anaknya diabadikan dalam Al
Qur'an. Ketika kita membaca Q.S Luqman ayat 13 disitu dimulai dengan hentakan
kata " Ingatlah tatkala ". Kata ini menandakan pentingnya atas nasehat
yang akan disampaikan.
Luqman bernama lengkap 'Luqman Bin Anqa'
Bin Sadun" Anak yang dinasehati bernama Taran, mereka penduduk biasa dari Habasyah ( Ethiopia ). Dalam sebuat
kitab tafsir diceritakan bahwa Luqman adalah seorang budak, ciri-ciri tubuhnya
sama seperti orang Ethiopia lainya yang kebanyakan berkulit hitam legam dan
berbibir tebal. Tetapi Allah tak pernah melihat dari bentuk fisik . Hati Luqman
memancarkan cahaya iman dan keagungan seorang manusia. Kejernihan hidup
tergambar dibalik rendah martabatnya sebagai budak. Sebenarnya nasehat Luqman
yang terdapat dalam Al Qur'an itu hanyalah nasehat kepada anaknya sendiri.
Tetapi Allah mengabadikan dalam Al Qur'an agar setiap umat belajar dari apa
yang dilakukan Luqman. Karena nasehat pada anak adalah sangat penting untuk
membentuk karakter dan perwatakan sebagai bekal kehidupan kelak. Anak adalah
amanah titipan Allah, sudah selayaknya hanya kita didik sesuai ketentuan dari
yang menitipkannya yaitu Allah SWT. Oleh karena itu penting bagi kita
mempelajari apa yang Allah kehendaki bukan sekedar apa yang kita mau. Anak yang
sholeh adalah permata dan cahaya mata bagi orang tuanya di dunia dan akherat.
Asbabun Nuzul Surat Al-Luqman ayat 13. Ketika
ayat ke-82 dari surat Al-An’am diturunkan,para sahabat merasa keberatan. Maka
mereka datang menghadap Rasulullah SAW,seraya berkata “ Wahai Rasulullah,
siapakah diantara kami yang dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim
?”.Jawab beliau “ Bukan begitu,bukanlah kamu telah mendengarkan wasiat Lukman
Hakim kepada anaknya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. Sesudah
Allah menurunkan apa yang telah diwariskan oleh luqman terhadap anaknya,yaitu
supaya ia bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan semua nikmat,yang tiada
seorang pun bersekutu denganNya, didalam menciptakan sesuatu. Kemudian luqman
menegaskan bahwasanya syirik itu adalah perbuatan yang buruk.Kemudian Alla SWT
mengiringi hal tersebut dengan wasiat-Nya kepada semua anak ,supaya mereka
berbuat baik kepada kedua orang tuanya, karena sesungguhnya kedua orang tua
adalah penyebab pertama bagi keberadaan kita di muka bumi ini.
- Filsafat Pendidikan
Secara
harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata
Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta
terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani
mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan
menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa
filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab
dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.[1]
Filsafat
juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan
oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah
pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam
praktek pendidikan. Dalam hubungan
ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya
mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur
utama dalam pendidikan:
1. Usaha
(kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan
secara sadar.
2. Ada
pendidik, pembimbing atau penolong.
3. Ada
yang di didik atau si terdidik.
4. Adanya
dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut.
5. Ada alat-alat yang dipergunakan.
Pendidikan
Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al
Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
1.
Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya
ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
2. Menyadarkan
fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya
terhadap ketertiban masyarakatnya.
3. Menyadarkan
manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya.
- Tujuan Pendidikan
Menurut
yang tercantum di dalam al-Qur’an, tujuan pendidikan Islam antara lain:
1. Mewujudkan
manusia yang taqwa dan banyak beramal shaleh.
2. Agar
manusia mempercayai akan keberadaan Allah.
3. Mewujudkan
manusia yang percaya akan hari akhir.
4. Mewujudkan
kesuksesan dalam hidup.
Pendidikan sebagaimana
pengertiannya yang disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
adalah "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara".
Pendidikan yang
dimaksud dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas di atas adalah pendidikan
yang mengarah pada pembentukan manusia yang berkualitas atau manusia seutuhnya
yang lebih dikenal dengan istilah insan kamil. Untuk menuju terciptanya insan
kamil di atas, maka pendidikan yang dikembangkan menurut Mendiknas (2006: xix)
adalah pendidikan yang memiliki empat segi yaitu : olah kalbu, olah pikir, olah
rasa, dan olah raga
- Pendidikan Sebagai Humanisasi (Otokritik Kehidupan)
Pendidikan adalah “humanisasi”, yaitu
sebagai media dan proses pembimbingan manusia muda menjadi dewasa, menjadi
lebih manusiawi (“humanior”). Melalui
pendidikan yang humanis diharapkan anak memiliki pemahaman atas nilai-nilai
dirinya sebagai manusia, terhadap diri sendiri, manusia lain, lingkungan, alam
semesta dan Sang Pencipta.
Proses Humanisasi artinya proses
menjadikan manusia sebagai manusia
sesuai
dengan kodratnya sebagai manusia. Dan
yang dimaksudkan pendidikan sebagai proses humanisasi adalah
berfokus pada peserta-didik, yaitu yang menghargai keragaman karakteristik mereka, berusaha mengembangkan potensi
masing-masing dari mereka secara optimal, mengembangkan kecakapan hidup
untuk dapat hidup selaras dengan kondisi pribadi dan lingkungan, memberikan
bantuan untuk mengatasi kesulitan pribadi termasuk belajar, serta dengan
menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan
menilai kemajuan belajar mereka masing-masing. [2]
Menurut Ki Hajar Dewantara (1889 - 1959) seorang tokoh pendidikan Indonesia
yang memprakarsai berdirinya lembaga pendidikan Taman Siswa. Dia lebih terkenal
dengan filsafat pendidikannya “tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing
ngarsa sung tulada”. Dewantara mengklasifikasikan tujuan pendidikan dengan
istilah “tri-nga” (tiga “nga” - “nga” adalah huruf terakhir dalam abjad Jawa
Ajisaka). “Nga” pertama adalah “ngerti”
(memahami atau aspek intelektual), “nga” kedua “ngrasa” (merasakan atau aspek afeksi), dan “nga” ketiga adalah “nglakoni”
(mengerjakan atau aspek psikomotorik). Rumusan ini
telah dilakukan sekitar 20 tahun sebelum
Bloom dkk. merumuskan taksonomi tujuan pendidikan
yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Dewantara, adalah hak tiap orang untuk mengatur diri
sendiri.
- Sifat sifat Pendidik yang Baik
Dilihat dari asfek kebahasaan kata “pendidik”
merupakan hipernim yaitu kata yang memiliki makna lebih luas, sedangkan kata “guru”
adalah salah satu hiponim yaitu kata yang memiliki makna sempit dari kata
pendidik. Dengan kata lain guru adalah salah satu sebutan dari pendidik. Hal
ini dapat kita pahami dari definisi pendidik berdasarkan UU RI No 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas bahwa Pendidik ialah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisifasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
Adapun guru berdasarkan UU RI No 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, BAB II Pasal 2 ayat 1 bahwa guru mempunyai
kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Jadi, guru adalah sebutan bagi
pendidik yang bertugas di jenjang pendidikan usia dini (TK), pendidikan dasar
(SD, SMP) dan pendidikan menengah (SMA/SMK).
Sesuai dengan judul artikel di atas bahwa
guru profesional harus memiliki sifat pendidik. Yang dimaksud pendidik pada
artikel ini adalah singkatan dari : Persuasif, Edukatif, Normatif, Dedikatif, Ilmiah, Demokratis, Inovatif dan Kreatif. Untuk
lebih jelasnya penulis mencoba memaparkan masing-masing sifat tersebut yang
merupakan sebagian sifat atau karakter guru profesional.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa konsep pendidikan menurut Al-Qur’an diarahkan pada upaya menolong anak
didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi
yang dimiliki anak didik yaitu potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus di
bina secara terpadu dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang
tergambar dalam sosok manusia seutuhnya.
Dan mengajarkan peserta didik untuk selalu menghormati kedua orang tua, menjalankan perbuatan amar ma’ruf dan nahi munkar,serta mengajarkan peserta didik untuk menjalankan hubungan manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan perilaku dalam pergaulan, serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.
Dan mengajarkan peserta didik untuk selalu menghormati kedua orang tua, menjalankan perbuatan amar ma’ruf dan nahi munkar,serta mengajarkan peserta didik untuk menjalankan hubungan manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan perilaku dalam pergaulan, serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.
- Saran
Dengan mempelajari tafsir selain bisa mengetahui
apa itu tafsir, dan kita bisa mengetahui asbabun nuzul
dari subuah ayat pendidikan agar nantinya
peserta didik dapat menerapkan ajaran yang terkandung pada surat al-luqman
dalam kehidupan sehari-hari, baik itu kepada Allah SWT, kedua orang tua, serta
kepada manusia-manusia yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar