TANTANGAN
DAAM PARADIGM PENCIPTAAN MANUSIA
DIDALAM FILSAFAT DAKWAH (at-tiin)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH
Islam
dibawa oleh Nabi Muhammad ke muka bumi sejak 14 abad lalu adalah untuk
memperkenalkan sebuah paradigma kehidupan yang berorientasi menjaga harkat dan
martabat kemanusian, menyelamatkan, dan membahagiakan. Paradigma kehidupan
dimaksudkan itu bersifat komprehensif atau menyeluruh, menyangkut keyakinan
tentang ketuhanan, kemanusiaan, alam, serta bagaimana mendapatkan keselamatan
hidup secara sempurna itu.
Di
dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang
kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah
sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal
ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Yang
membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7)
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26
Disamping
itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu
dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 .
“Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29)
Di
dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
“Sesunguhnya
manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah”. (HR.
Bukhari)
“Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
(Albaqarah:31)
“Mereka
menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana .” (Albaqarah:32)
“Allah
berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
“Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan ?” (Albaqarah:33)
“Dialah
Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu),
dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah
mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”
(Alanam:2)
B. PEMBATASAN
MASALAH
Pembatasan
masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian
ini, masalah dibatasi pada kandungan
surat at-tiin dalam paradigma penciptaan manusia.
C. PERUMUSAN MASALAH
Dalam
makalah ini terdapat beberapa penjabaran materi dari latar belakang diatas.
Diantaranya yaitu:
- Bagaimana paradigma penciptaan manusia?
- Bagaimana penjelasan isi kandungan dari surat at-tiin?
- Bagaimana asbabun nuzulnya?
D. TUJUAN
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui paradigma penciptaan
manusia.
2.
Untuk mengetahui penjelasan isi kandungan dari surat
at-tiin.
3.
Untuk mengetahui
asbabun nuzulnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Paradigma
Penciptaan Manusia
Islam
dibawa oleh Nabi Muhammad ke muka bumi sejak 14 abad lalu adalah untuk
memperkenalkan sebuah paradigma kehidupan yang berorientasi menjaga harkat dan
martabat kemanusian, menyelamatkan, dan membahagiakan. Paradigma kehidupan
dimaksudkan itu bersifat komprehensif atau menyeluruh, menyangkut keyakinan
tentang ketuhanan, kemanusiaan, alam, serta bagaimana mendapatkan keselamatan
hidup secara sempurna itu.
Al
Qur’an sebagai sumber ajaran Islam mengajarkan tentang penciptaan. Baik
penciptaan jagad raya maupun penciptaan manusia diperkenalkan melalui kitab
suci ini. Bagaimana jagad raya dan demikkian pula manusia diciptakan dijelaskan
melalui kitab suci ini. Bahkan fase-fase kehidupan manusia, sejak di dalam
kandungan sang ibu hingga tatkala nanti meninggal dunia sampai kehidupan
akherat digambarkan oleh al Qur’an. Ilmu pengetahuan dalam bentuk yang paling
mutakhir pun belum mampu menjelaskan tentang ini. Konsep adanya langit lapis
tujuh, perputaran bintang dan planit-planit lainnya diperkenalkan oleh Islam.[1]
Di
dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang
kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah
sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal
ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Yang
membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7)
“Allah
berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
“Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan ?” (Albaqarah:33).[2]
B.
Penjelasan
Isi Kandungan Dari Surat At-Tiin
والتين والزيتون[3]
Demi
Tin dan Zaitun[4]
( keduanya adalah nama
buah, atau dapat jugam keduanya diartikan nama dua buah gunung yang menumbuhkan
kedua buah tersebut ).
وطورسنين[5]
Dan
demi bukit Sinai[6]
(nama sebuah bukit
tempat sewaktu Allah swt. berfirman kepada Nabi Musa. Arti lafal Siiniina ialah
yang diberkahi atau yang baik karena memiliki banyak pohon yang menghasilkan
buah ).
وهذا لبلد الأمين[7]
Dan
demi kota ini yang aman[8]
(yaitu kota Mekah,
dinamakan kota aman karena orang-orang yang tinggal di dalamnya merasa aman,
baik pada zaman jahiliah maupun di zaman Islam ).
لقد خلقنا الأنسان في احسن تقويم[9]
(artinya semua manusia
(dalam bentuk yang sebaik-baiknya) artinya baik bentuk atau pun penampilannya
amatlah baik ).
ثم رددنه اسفل سافلين[11]
(maksudnya sebagian di
antara mereka ungkapan
ini merupakan kata kiasan bagi masa tua, karena jika usia telah lanjut kekuatan
pun sudah mulai melemah dan pikun. Dengan demikian ia akan berkurang dalam
beramal, berbeda dengan sewaktu masih muda; sekalipun demikian dalam hal
mendapat pahala ia akan mendapat imbalan yang sama sebagaimana sewaktu ia
beramal di kala masih muda, hal ini diungkapkan dalam firman selanjutnya,
yaitu: )
إلا الذين امنوا وعملوا الصالحت فلهم اجر ممنون[13]
Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya.[14]
( melainkan pahala yang tak pernah
terputus. Di dalam sebuah hadis telah disebutkan, bahwa apabila orang mukmin
mencapai usia tua hingga ia tidak mampu lagi untuk mengerjakan amal kebaikan,
maka dituliskan baginya pahala amal kebaikan yang biasa ia kerjakan di masa
mudanya dahulu )
فما يكذبك بعد بالدين[15]
Maka apakah yang menyebabkan
kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?[16]
(hai
orang kafir yakni sesudah hal-hal yang telah disebutkan tadi, yaitu mengenai
penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian dijadikan-Nya tua
dan pikun, yang hal ini menunjukkan kepada kekuasaan-Nya untuk membangkitkan
makhluk hidup kembaliyang terlebih dahulu diawali dengan hari kebangkitan lalu
perhitungan amal perbuatan. Maksudnya apakah gerangan yang mendorongmu
mendustakan hal tersebut? Tentu saja tidak ada yang mendorongnya untuk
mendustakan hal tersebut selain dirinya sendiri ).
اليس الله بأ حكم الحكمين[17]
(artinya Dia adalah
hakim yang paling adil di antara hakim-hakim yang adil lainnya, dan
keputusan-Nya berdasarkan sifat tersebut. Di dalam sebuah hadis disebutkan,
"Barang siapa membaca surah At-Tiin hingga akhir surah, maka hendaknya
sesudah itu ia menjawab, 'Balaa Wa Anaa 'Alaa Dzaalika Minasy Syaahidiina/tentu
saja kami termasuk orang-orang yang menyaksikan akan hal tersebut ).
Penjelasan
Ayat
At-Tiin termasuk
surat makiyyah. Isi pokoknya menegaskan kedudukan umat manusia dan keadilan
allah SWT. Manusia diciptakan sebagai makhluk terbaik dan termulia. Baik dalam
bentuk jasmani maupun rohani. Tetapi mereka akan menjadi makhluk yang sangat
hina manakala tidak beriman dan bertaqwa. Tidak beramal shaleh, malah
meningkatkan kemaksiatan , melakukan kekafiran dan kedustaan sehingga merekalah
tempat bersemayamnya. Yakni suatu tempat yang sangat hina lagi jelek.
Sebaliknya manakala mereka beriman, bertakwa, melakukan amal shaleh dan
menjauhi maksiat maka surga tempat tinggalnya. Berbagai fasilitas dan
kebahagiaan tersedia disana. Sebagai balasan amal yang dilakukan didunia. Dan
itulah balasan yang diberikan allah SWT. Kepada orang yang ingkar dan orang
yang beriman. Sungguh jauh berbeda satu neraka, dan satu surga. Delapan ayat
yang terkandung dalam surat at-tiin ini secara tegas telah mengetengahkan
gambaran tentang insane beriman, insane yang ingkar kepada ajaran agama.[19]
Hakikat pokok yang dipaparkan surah ini
adalah hakikat fitrah yang lurus yang allah menciptakan manusia atas fitrah
ini. Istiqamah tabiatnya bersama tabiat iman, dan sampainya fitrah itu bersama
iman kepada kesempurnaannya yang ditakdirkan untuknya. Hakikat tentang jatuhnya
manusia dan kerendahannya ketika ia menyimpang dari fitrah yang benar dan iman
yang lurus.
Allah bersumpah atas hakikat ini dengan
tiin dan zaitun, gunung Sinai dan kota makkah yang aman. Sumpah ini,
sebagaimana banyak kita jumpai dalam jus ini merupakan bingkai ini selaras
dengan hakikat yang dikandungnya[20]
Dari ayat-ayat ini tampak bagaimana
perhatian allah dalam menciptakan manusia didalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Memang allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. Tetap
dikhususkan penyebutan manusia disini dan ditempat-tempat lain dalam alquran
dengan susunan yang sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan perhatian yang lebih
dari allah kepada makhluk yang bernama manusia.
Perhatian allah kepada manusia, meskipun
pada diri mereka juga terdapat kelemahan dan ada kalanya penyimpangan dari
fitrah dan kerusakan. Mengisyaratkan bahwa mereka memiliki urusan tersendiri
disisi allah dan memiliki pertimbangan sendiri didalam system semesta.
Perhatian ini tmpak didalam penciptaannya dan susunan tubuhnya yang bernilai
dibandingkan dengan makhluk lain, baik dalam susunan fisiknya yang sangan
cermat, dan rumit, susunan akalnya yang unik maupun susunan ruhnya yang
menakjubkan.
Kemudian pembicaraan ini ditekankan pada
khususiah ruhiahnya. Karena ialah yang menjadikannya jatuh ketempat yang
serendah-rendahnya. Ketika menyimpang dari fitrah dan menyeleweng dari iman
yang lurus. Karena sudah jelas bahwa wujud badaniahnya tidak akan
menjatuhkannya kederajat yang serendah-rendahnya.
Didalam khususiah ruhiahnya ini,
tampaklah keunggulan wujud manusia. Maka mereka diberi potensi untuk mencapai
tingkatan yang tinggi melebihi kedudukan malaikat muqarrabin. Sebagaimana
dibuktikan dengan adanya peristiwa isra’ mi’raj. Ketika itu malaikat jibril
berhenti pada suatu tempat sedang nabi Muhammad bin Abdullah, yang manusia it
uterus naik ketempat yang lebih tinggi.
Akan tetapi, manusia juga potensi untuk
mencapai derajat terendah seperti itu, “kemudian kami kembalikan dia ketempat
yang serendah-rendahnya”. Ketika itu makhluk binatang pun masih lebih tinggi
dan lebih lurus dari padanya. Karena binatang masih melaksanakan ilham
bertasbih menyucikan tuhannya, dan menunaikan tugasnya dibumi menurut petunjuk
yang digariskan allah. Sedangkan manusia, yang diciptakan dalam bentuk yang
sebaik-baiknya, mengingkari tuhannya, dan memperturutkan hawa nafsunya.
Sehingga, ia hingga jatuh kelembah kehinaan terendah yang binatang pun tidak
sampai terjatuh serendah itu.[21]
“sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” dalam fitrah dan potensinya.
“kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya” ketika dia
sudah menyimpang dengan fitrahnya dari garis yang telah ditunjuki. Dan
dijelaskan oleh allah. Kemudian dibiarkannya ia untuk memilih salah satu dari
dua jalan kehidupan.
“kecuali orang2 yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh” maka merekalah yang tetap berada diatas fitrah yang
lurus. Dan menyempurnakannya dengan iman dan amal shaleh serta meningkatkan
derajatnya ketingkat kesempurnaan sesui dengan ukuran yang ditetapkan untuknya.
Sehingga mencapai kehidupan yang sempurna dinegeri kesempurnaan.”maka bagi mereka pahala yang tiada
putus putusnya”. Yang kekal abadi tidak akan pernah berhenti.
Adapun orang orang yang
terbaik dengan fitrahnya ketingkatan yang serendah rendahnya, maka kelak akan
menempati tempat paling rendah diakhirat nanti, dineraka jahannam. Disana
kemanusiaannya tersia sia, berkubang dalam kehinaan.
Inilah akibat yang logis
sesuai dengan titik awalnya. Ada kalanya bermula dari komitmennya pada fitrah
yang lurus dan menyempurnakannya dengan iman, serta meninggikannya dengan amal
shaleh. Kemudian pada akhirnya ia akan sampai pada kesempurnaan yang ditetapkan
dan berada dalam kehidupan yang penuh kenikmatan. Namun ada kalanya menyimpang
dari fitrah yang lurus, terbalik, dan terputus dari tiupan illahiah, sehingga
pada akhirnya ia sampai ketempat paling rendah dineraka yang menyala nyala.
Oleh karena itu tampak
jelaslah nilai iman didalam kehidupan manusia. Iman inilah yang meningkatkan dan
menyampaikan fitrah yang lurus untuk mencapai puncak kesempurnaannya. Ia adalah
tali yang membentang antara fitrah dan penciptaannya. Ia adalah cahaya yang
menerangi langkah langkahnya untuk mendaki kepada orang orang dalam kemuliaan
yang kekal.
Apabila tali ini putus dan
cahaya itu padam maka hasil yang pasti adalah keterjatuhan ketempat yang
serendah rendahnya. Sehingga terabaikan kemanusiaannya secara total ketika
tanah liat berlumuran pada wujud manusia. Dan demikian ia menjadi bahan bakar
api neraka bersama bebatuan.[22]
Asbabun Nuzul:
Firman allah SWT. Dalam
surat at-tiin ayat ke-5 memberikan pengertian bahwa pada saat manusia akan
dikembalikan pada saat manusia akan dikembalikan kepada tingkat pikun (seperti
bayi lagi). Sejalan dengan itu pernah rasulullah SAW, ditanya tentang kedudukan
orang pikun. Maka kemudian allah SWT. Menurunkan ayat ke-6 dari surat at-tiin
ini sebagai penegasan bahwa orang yang beriman dan selalu beramal shaleh
sebelum kedatangan pikun telah mendapat pahala yang banyak sekali, tiada
terputus sama sekali (amal jariyah) dari sisi allah SWT. (HR. ibnu jarir dari
al’aufi dari ibnu abbas).[23]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
hakikat fitrah yang lurus yang allah
menciptakan manusia atas fitrah ini. Istiqamah tabiatnya bersama tabiat iman,
dan sampainya fitrah itu bersama iman kepada kesempurnaannya yang ditakdirkan
untuknya. Hakikat tentang jatuhnya manusia dan kerendahannya ketika ia
menyimpang dari fitrah yang benar dan iman yang lurus.
Perhatian allah kepada manusia, meskipun
pada diri mereka juga terdapat kelemahan dan ada kalanya penyimpangan dari
fitrah dan kerusakan. Mengisyaratkan bahwa mereka memiliki urusan tersendiri
disisi allah dan memiliki pertimbangan sendiri didalam system semesta.
Perhatian ini tmpak didalam penciptaannya dan susunan tubuhnya yang bernilai
dibandingkan dengan makhluk lain, baik dalam susunan fisiknya yang sangan
cermat, dan rumit, susunan akalnya yang unik maupun susunan ruhnya yang
menakjubkan.
mereka akan menjadi makhluk
yang sangat hina manakala tidak beriman dan bertaqwa. Tidak beramal shaleh,
malah meningkatkan kemaksiatan , melakukan kekafiran dan kedustaan sehingga
merekalah tempat bersemayamnya. Yakni suatu tempat yang sangat hina lagi jelek.
Sebaliknya manakala mereka beriman, bertakwa, melakukan amal shaleh dan
menjauhi maksiat maka surga tempat tinggalnya.
B. SARAN
Dengan mempelajari filsafat dakwah, selain bisa
mengetahui apa itu filsafat Dakwah.
Mengetahui tentang tantangan daam paradigm penciptaan
manusia didalam filsafat dakwah juga
merupakan cara yang baik dalam proses belajar. Oleh karena itu sebagai kaum
pelajar kita harus mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.Pelajar adalah
masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena mereka berpendidikan..
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rifa’I, Syekh Usamah. 2008. Tafsirul Wajiz. Jakarta: Gema Insani.
Departemen Agama RI. Alquran dan
Terjemahnya. Semarang: PT Karya Toha Putra.
http://imamsuprayogo//islam-dan-paradigma-kehidupan.html.
http://safanpage//penciptaan-manusia-pertama-menurut-alquran.html.
Mahali, Ahmad Mujab. 2002. Asbabun
Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grfindo Persada.
Quthb, Sayyid. 2007. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani.
[19] Ahmad
Mujab Mahali, Asbabun Nuzul Studi
Pendalaman Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Raja Grfindo Persada, 2002), cet. 1,
hlm. 925.
0 komentar:
Posting Komentar