Berpikir
dan mengingat
BAB
I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH
Berpikir adalah tingkah laku yang
menggunakan ide-ide yaitu proses simbolis contohnya. Kalau kita membayangkan
suatu makanan yang tidak ada maka kita menggunakan ide (berpikir) atau
simbol-simbol tertentu. Berfikir itu berlangsung intensional, diarahkan pada
sesuatu, dan dipakai untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Kemampuan ini
penting sekali bagi daya adaptasi terhadap lingkungan sekitar dengan segala
tuntutan sosial. Orang yang inteligent akan mampu berfikir, menimbang
mengombinasikan, mengambil kesimpulan dan memutuskan sesuatu dalam tempo yang
lebih singkat, dan dengan cara yang efisien. jadi dia memiliki daya adaptasi
yang lebih efektif, tingkat adaptasi sedemikian ini disebut inteligensi.
Sebagian besar dari inteligensi itu oleh pembawaan turun-temurun atau oleh
faktor kebakaan. Dan tidak banyak bergantung pada faktof mileu. Khususnya
sekolah dan peengajaran. Intelek bawaan ini tidak banyak yang bisa diubah oleh
sekolah. Jadi, ada batas-batasnya kemampuan pada intelek itu. Namun demikian,
kemajuan dan perkembangan intelek tidak berlangsung spontan dengan sendirinya
didorong oleh pertumbuhan dari dalam secara berangsur-angsur dan sesuai dengan
tuntunan perkembangan yang baik.
Berdasarkan latar belakang diatas,
penulis memberikan judul “Berfikir dan Inteligensi”
B.PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan masalah digunakan untuk
membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini, masalah dibatasi
pada pengertian berfikir dan pengertian inteligensi, macam-macam dan metode
berfikir, serta tipe-tipe dan pendekatan dalam inteligensi.
C.PERUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini terdapat beberapa
penjabaran materi dari latar belakang diatas. Diantaranya yaitu:
1.Bagaimana
pengertian berfikir ?
2.Bagaimana
macam-macam berfikir serta metode berfikir?
3.Bagaimana
pengertian inteligensi?
4.Bagaimana
tipe-tipe yang ada dalam inteligensi serta pendekatanya?
D.TUJUAN
Tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1.Untuk
mengetahui pengertian berfikir.
2.Untuk
mengetahui macam-macam berfikir serta metode berfikir.
3.Untuk
mengetahui pengertian inteligensi.
4.Untuk
mengetahui tipe-tipe yang ada dalam inteligensi serta pendekatanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BERFIKIR
DAN INTELIGENSI
a. Berfikir
Berfikir adalah kemampuan untuk
meletakkan hubungan dari bagian-bagian pengetahuan kita. Sedangkan fikiran,
rasio, akal budi adalah kemampuan psikis untuk meeletakkan hubungan dari
bagian-bagian pengetahuan kita.
Ada
dua macam metode berfikir, yaitu:
1. deduksi
yaitu
metode berfikir yang bertolak dari pengertian lebih tinggi / umum untuk
kemudian melompat pada pengertian yang lebih rendah.
2. induksi
yaitu metode berfikir yang bertolak dari
pengertian lebih rendah melompat pada pengertian yang lebih tinggi.
Macam-macam
berfikir ada 4 , yaitu:
1. Berfikir
alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari
pengaruh alam sekelilingnya.
2. Berfikir
ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan
cermat.
3. Berfikir
autistik adalah semacam berfikir, berfantasi, menanggapi dan berasosiasi yang
dipenuhi affek-affek yang kuat untuk membayangkan segala sesuatu baik yang riil
maupun irriil.
4. Berfikir
realistik adalah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata,
biasanya disebut dengan nalar (reasoning).
Beberapa
gangguan yang teradi pada pikiran. Antara lain:
1. Kelambanan
daya berfikir (bradyfreni)
Pada peristiwa ini, arus pikiran-pikiran
bisa jadi lamban / lambat. Kelambatan itu juga bisa berlangsung pada peristiwa
amnetis dan cedera otak. Reaksi orang yang bersangkutan menjadi sangat lambat,
dan dengan susah payah dia akan menjawab pertanyaan orang lain.
Pasien akan terus melekat pada satu
masalah / satu tema. Kemudian berputar-putar pada masalahnya, tanpa bisa
memahami maknanya dan memecahkannya. Selanjutnya, kelambatan berfikir juga bisa
disebabkan oleh adanya rem-rem psikis. Misalnya: oleh rasa malu, rendah diri
dan kecemasan. Dalam kondisi demikian, arus pikiran jadi
terhambat/terulang-ulangi oleh suasana hati yang depresi dan kemurungan yang
abnormal.
2. Percepatan
pada pikiran
Pada peristiwa ini, kondisi panas hati,
dan pasien menjadi sangat gelisah serta bingung, pikiran bisa dipercepat.
Pasien ingin bercerita sebanyak-banyaknya, sehingga dia tidak mampu
menyelesaikan pikiran sendiri. Kadangkala terputus rangkaian kalimat dan
pengertiannya, sehingga si penderita tampak sangat kalut, kusut, dalam cara
berfikirnya. Pasien yang menderita manis dan sangat panas hatinya sering
menyatakan bahwa kehidupan batinnya selalu liar dan ganas menggelora.
3. Terputusnya
pikiran
Terputusnya pikiran bisa di sebabkan
oleh satu absensi spikis gejala epilepsi dan hilangnya kesadaran dalam waktu
singkat. Pada beberapa penderita psikotis arus pikiran secara tiba tiba bisa
terpotong putus tanpa adanyapenurunan atau hilangnya kesadaran. Peristiwa ini
disebut sperrung atau penyekatan pikiran. Sekatan dalam hal ini afek afek yang
kkuat sehingga tiba tiba saja si pasien tidak bisa meneruskan pikiran dan
bicaranya. Disamping itu para penderita yang kehilangan inisiatif dan mereka
yang dengan tiba tiba tidakmau melanjutkan komunikasinya dengan orang lain.
4. Inkoherensi
pada kemampuan berfikir
Pikiran menjadi kusut apa bila pasien
terganggu fungsi kesadarannya. Dan fikiran disebut inkoheren atau tidak runtun
apabila kesadarannya jelas jernih, namun hubungan diantara bagian bagian diri
pikiran tersebut tidak ada. Peristiwa itu bisa terjadi oleh pemimpi siang dan
penderita psikosa dan schizofrenia.
Bentuk gangguan pada ialah amnesia, hambatan pada fungsi
reproduksi, dan senilitas. Hambatan pada reproduksi ini bisa berupa: gangguan
terhadap reproduksi langsung, dekat, dan jauh.[1]
- Inteligensi
a) Pengertian
Inteligensi
Inteligensi
mmpunyai beberapa pengertian. Diantarnya :
1. Inteligensi
adalah kemampuan menghadapi dan menyemaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif.[2]
2. Inteligensi/intelek
adalah kemampuan untuk meletakkan hubungan-hubungan dari proses berfikir.[3]
3. Inteligensi
menurut edward lee thorndike(seorang tokoh psikologi fungsionalisme) adalah
kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau
fakta.[4]
4. Inteligensi
adalah kemampuan untuk menggunakan dengan tepat segenap alat bantu dari
piikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan baru. (menurut william stem).
Inteligensi itu
mempunyai banyak aspek, antara lain ialah : kemampuan memecahkan masalah,
berbuat, menanggapi, wawasan ruang dan wawasan bentuk, kemampuan untuk
abstraksi-sublimasi-integrasi. Jika orang tidak berhasil menggunakan
inteligensinya dalam usahanya memecahkan suatu masalah, maka akan dicobanya
cara atau metode lain. Sebaliknya, keberhasilan usahanya akan diulang-ulang
kembali. Dengan demikian ada proses belajar pada diri orang tersebut.
Sebagian besar
dari inteligensi itu oleh pembawaan turun-temurun atau oleh faktor kebakaan.
Dan tidak banyak bergantung pada faktof mileu. Khususnya sekolah dan
peengajaran. Intelek bawaan ini tidak banyak yang bisa diubah oleh sekolah.
Jadi, ada batas-batasnya kemampuan pada intelek itu.
Beberapa
tipe-tipe inteligensi, yaitu:
- Inteligensi teoritis: kemampuan menggunakan skema-skema berfikir dan abstraksi-abstraksi untuk cepat bergerak dan dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situai baru.
- Inteligensi praktis: berkaitan dengan berbuat praktis dan cepat, terutama dibidang teknik dan pekerjaan.
- Inteligensi kreatif dan inventif: kemampuan mencipta dan merancang alat-alat bantu baru dan penemuan-penemuan baru.
- Inteligensi eksekuif: kekayan psikis yang dimiliki oleh jutaan manusia untuk menggunakan alat-alat bantu.[5]
Pendekatan
umum menurut maloney dan ward. Yaitu:
- Pendekatan teori belajar
Pendekatan
ini mengenai masalah hakikat inteligensi terletak pada pemahaman mengenai
hukum-hukum dan prinsip umum yang dipergunakan oleh individu untuk memperoleh
bentuk prilaku baru.
Dalam
pendekatan ini inteligensi bukanlah sifat kepribadian, akan tetapi kwalitas
hasilbelajar yang telah terjadi.
Lingkungan belajar sendiri menentukan kwalitas dan keluasan cadangan
prilaku seseorang.
- Pendekatan Neuro-Biologis
Pendekatan
ini beranggapan bahwa inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis.
Pendekatan ini menimbulkan berbagai teori inteligensi (teori halstead).
- Pedekatan psikometris
Pendekatan
ini beranggapan bahwa inteligensi merupakan suatu konstrak atau psikologis yang
berbeda-beda kadarnya bagi setiap orang. Namun dikarenakan para ahli
psikometris biasanya lebih tertarik pada masalah pengukuran psikologis, maka
mereka lebih mengutamakan perhatian mereka pada cara praktis untuk melakukan
klasifikasi dan prediksi. Dalam pendekatan psikometris sendiri, terdapat dua
arah study, yaitu pertama, bersifat praktis dan lebih menekankan pada pemecahan
masalah. Kedua, lebih menekankan pada konsep dan penyusunan teori. Pendekatan
psikometris inilah yang melahirkan berbagai skala pengukuran intelijensi yang
menjadi awal skala intelegensi yang banyak dikenal sekarang.
- Pendekatan teori perkembangan
Dalam
pendeatan teori perkembangan study inelegensi dipusatkan pada masalah
perkembangan intelegensi secara kualitatif hdalam kaitannya dengan tahap tahap
perkembangan biologis individu
Contoh:
jean pieget mengawali konsepsi mengenai
tes intelegensi dengan melihat respon respon yang salah yang dilakukkan anak
anak dalam tes intelegensitampak oleh piaget bahwa terdapat pola respon
tertentu yang adakaitannya dengan tingkatan
usia tertentu pula.[6]
Bentuk gangguan pada inteligensi ialah
amentia dan dementia. Pada kategori amentia dimasukkan gejala idiocy (cacat
jasmaniah dan rohaniahnya amat berat. IQ nya kurang dari 25, dan tidak bisa
berkembang lagi. Penderita juga tidak bisa mengerti dan tidak bisa diajari
apa-apa), imbesilitas (IQ nya 25-49, seperti kanak-kanak berumur 3-7 tahun.
Ukuran tinggi dan bobot badan mengalami anomali/kelainan), dan debilitas (geala
lemah ingatan sudah tampak sebelum tahun-tahun masa sekolah, tidak mempunyai
kemampuan mengontrol diri, koordinasi dan adaptasi yang wajar). Sedang gejala
dementia ialah gejala rusaknya mental dengan ciri-ciri semakin memburuk atau
hilangnya fungsi-fungsi intelektual (mengamati, menalar, mengingat kembali)
serta kemauan. Juga ddisertai kebingungan, disorientasi, apati dan macam-macam
tingkatan stupor.[7]
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
a) Berfikir
Berfikir
adalah kemampuan untuk meletakkan hubungan dari bagian-bagian pengetahuan kita.
Sedangkan fikiran, rasio, akal budi adalah kemampuan psikis untuk meeletakkan
hubungan dari bagian-bagian pengetahuan kita.
Berfikir
itu berlangsung intensional, diiarahkan pada sesuatu, dan dipakai untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Kemampuan berfikir ini penting sekali
bagi daya adaptasi terhadap lingkungan sekitar dengan segala tuntutan
sosialnya.
Beberapa
gangguan pikiran ialah: kelambatan daya berfikir (bradyfrent), percepatan pada
pikiran hingga cara berfikir menjadi kalut-kusut, terputusnya pikiran,
inkoherensi pada kemampuan berfikir, kesesatan pada isi-isi pikiran (yang tidak
bisa dibetulkan), dan waham atau delusi.
Maka
pada semua bentuk gangguan pikiran itu teradi peristiwa:
1.Kecenderungan untuk memelsukan
realitas atas dasar harapan-harapan dan kecemasan-kecemasan sendiri
2. Menurun atau hilangnya “reality testing”,
hungga orang ttidak mampu mengoreksi pemalsuan terhadap realitas nyata.
b) inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan untuk
menggunakan dengan tepat segenap alat bantu dari piikiran guna menyesuaikan
diri terhadap tuntutan baru. (menurut william stem).
Sebagian besar dari inteligensi itu oleh
pembawaan turun-temurun atau oleh faktor kebakaan. Dan tidak banyak bergantung
pada faktof mileu. Khususnya sekolah dan peengajaran. Intelek bawaan ini tidak
banyak yang bisa diubah oleh sekolah. Jadi, ada batas-batasnya kemampuan pada
intelek itu.
Bentuk gangguan pada inteligensi
ialah amentia dan dementia. Pada kategori amentia dimasukkan gejala idiocy,
imbesilitas, dan debilitas. Sedang gejala dementia ialah gejala rusaknya mental
dengan ciri-ciri semakin memburuk atau hilangnya fungsi-fungsi intelektual
(mengamati, menalar, mengingat kembali) serta kemauan. Juga ddisertai
kebingungan, disorientasi, apati dan macam-macam tingkatan stupor.
- SARAN
Dengan
mempelajari psikologi selain bisa mengetahui gangguan-gangguan kejiwaan yang
ringan maupun yang berat. Berpikir dan mengingat merupakan cara yang baik dalam
proses belajar. Oleh karena itu sebagai kaum pelajar kita harus
mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.Pelajar adalah masyarakan yang
terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena mereka telah mengetahui
apa itu berpikir dan mengingat.
DAFTAR
PUSTAKA
Kartono,
Kartini. 2002. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Azwar,
Saifuddin. 2008. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Chablin,
JP. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
0 komentar:
Posting Komentar