tantangan
daam berdakwah diera globalisai
didalam filsafat dakwah
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH
Era
globalisasi seakan tidak bisa dibendung lajunya memasuki setiap sudut negara
dan menjadi sebuah keniscayaan. Era ini menghendaki setiap negara beserta
individunya harus mampu bersaing satu sama lain baik antar negara maupun antar
individu. Persaingan yang menjadi esensi dari globalisasi sering memiliki
pengaruh dan dampak yang negatif jika dicermati dengan seksama. Pengaruh yang
ada dari globalisasi pada aspek kehidupan meskipun awal tujuannya diarahkan
pada bidang ekonomi dan perdagangan serta memberikan dampak multidimensi.
Globalisasi memang menjadi lokomotif perubahan tata dunia yang tentu saja akan
menarik gerbong-gerbongnya yang berisi budaya, pemikiran maupun materi.
Persoalan
yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk
kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan
(entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin
membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan
moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena
disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran
televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya.
Orang
orang yang demikian kata Ali Syari'ati sebagaimana yang dikutip oleh Ari
Ginanjar Agustian mengatakan bahwa bahaya yang paling besar yang dihadapi oleh
umat manuysia zaman sekarang ini
bukanlah ledakan bom atom, tetapi perubahan fitrah (Ary Ginanjar, 2002:
xiii). Unsur kemanusiaan dalam dirinya sedang mengalami kehancuran sedemikian
cepat, inilah mesin-mesin berbentuk manusia yang tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan dan kehendak alam yang fitrah.
Dampak
globalisasi dalam dunia dakwah sangat dirasakan dampaknya. Banyak kasus yang
muncul, misalnya pergaulan bebas yang juga muncul adalah dampak negatif dari
nilai-nilai di atas. Persoalan miras, narkoba, dan lain-lain, dikarenakan
sebuah pemujaan terhadap kebebasan pribadi yang tidak lagi mengindahkan
nilai-nilai agama. Sehingga dampaknya ternyata bukan hanya menimpa dirinya
sendiri, tetapi juga terhadap masyarakat dan siswa yang lain. Oleh karena itu,
nilai-nilai negatif tersebut haruslah dinetralisir dengan nilai-nilai luhur
ajaran Islam yang sangat menekankan keseimbangan kehidupan.
Sikap
seorang muslim dalam menghadapi kehidupan adalah dengan tetap istiqamah dalam
hidayah Allah swt. untuk menjalankan kenikmatan agama Islam secara kaffah,
bukan malah menggantinya dengan kekufuran yang akan menyebabkan kerugian
dirinya sendiri. Allah swt berfirman dalam QS. Ibrahim (14): 28-29
B. PEMBATASAN
MASALAH
Pembatasan
masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian
ini, masalah dibatasi pada tantangan,
hambatan dakwah di era globalisasi
C. PERUMUSAN MASALAH
Dalam
makalah ini terdapat beberapa penjabaran materi dari latar belakang diatas.
Diantaranya yaitu:
- Bagaimana Pengertian Filsafat Dakwah?
- Bagaimana Tantangan Dakwah Diera Globalisasi?
- Bagaimana Hambatan Dakwah Diera Globalisasi?
D. TUJUAN
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui Pengertian Filsafat Dakwah.
2.
Untuk mengetahui Tantangan Dakwah Diera Globalisasi.
3.
Untuk mengetahui Hambatan Dakwah
Diera Globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat Dakwah
Filsafat menurut etimologi
berasal dari bahasa yunani “philoshopia” yang tersusun dari dua kata, yaitu
philo : senang, gemar, cinta, dan shopia berarti kebijaksanaan,[1]
berarti philoshopia adalah suatu kecintaan kepada kebijaksanaan. Sedangkan
menurut terminology adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang
asli.[2]
Filsafat adalah berfikir dan
merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan.[3]
Dakwah yaitu mengajak
manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka
berbuat baik dan melarang mereka mendapat kebahagiaan didunia dan diakhirat.[4]
Filsafat dakwah adalah filsafat khusus
yang berkaitan dengan dakwah sebagai relasi dan aktualisasi imani manusia dengan
agama Islam, Allah dan alam (lingkungan, dunia).[5]
B.
Tantangan Dakwah Diera Globalisasi
Ketika
masyarakat memasuki era globalisasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tantangan yang dihadapi semakin rumit. Tantangan tersebut tidak
mengenal ruang, batas, waktu dan lapisan masyarakat, melainkan ke seluruh
sektor kehidupan dan hajat hidup manusia, termasuk agama. Artinya, kehidupan
kegamaan umat manusia tidak terkecuali Islam di mana pun ia berada akan
menghadapi tantangan yang sama. Soejatmoko menandaskan bahwa agama pun kini
sedang diuji dan ditantang oleh zaman (Soejatmoko, 1994: 78).
Meskipun
diakui bahwa di satu sisi kemajuan IPTEK menciptakan fasilitas yang memberi
peluang bagi pengembangan dakwah, namun antara tantangan dan peluang dakwah dewasa
ini, agaknya tidak berimbang. Tantangan dakwah yang amat kompleks dewasa ini
dapat dilihat dari minimal dari tiga perspektif, yaitu: Pertama, perspektif
prilaku (behaviouristic perspective). Salah satu tujuan dakwah adalah
terjadinya perubahan prilaku (behaviour change) pada masyarakat yang menjadi
obyek dakwah kepada situasi yang lebih baik. Tampaknya, sikap dan prilaku
(behaviour) masyarakat dewasa ini hampir dapat dipastikan lebih banyak
dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.
Kedua,
tantangan dakwah dalam perspektif transmisi (transmissional perspective).
Dakwah dapat diartikan sebagai proses penyampaian atau transmisi ajaran agama
Islam dari da’i sebagai sumber kepada mad’u sebagai penerima. Ketika ajaran
agama ditrasmisikan kepada masyarakat yang menjadi obyek, maka peranan media
sangat menentukan. Ziauddin Sardar mengemukakan bahwa abad informasi ternyata
telah menghasilkan sejumlah besar problem (Ziauddin Sardar, 1996: 16-17).
Menurutnya, bagi dunia Islam, revolusi informasi menghadirkan tantangan-tantangan
khusus yang harus diatasi, agar umat Islam harus bisa memanfaatkannya untuk
mencapai tujuan dakwah.
Ketiga,
tantangan dakwah perspektif interaksi. Ketika dakwah dilihat sebagai bentuk
komunikasi yang khas (komunikasi Islami),( Malik Idris, 2007: 111) maka dengan
sendirinya interaksi sosial akan terjadi, dan di dalamnya terbentuk norma-norma
tertentu sesuai pesan-pesan dakwah. Yang menjadi tantangan dakwah dewasa ini,
adalah bahwa pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek dakwah pasti
berinteraksi dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya yang belum
tentu membawa pesan yang baik, bahkan mungkin sebaliknya.[6]
C.
Hambatan Dakwah Diera Globalisasi
Tiga aspek
hambatan dakwah:
a.
Aspek Pribadi (nafsiyyah)
a)
Cinta popularitas
b)
Tergesa-gesa dan tidak sabaran. Mereka ingin memetik buah sebelum tiba
masa panen.
c)
Tidak punya percaya diri, inferior dan minder
b.
Aspek Eksternal
a)
Harta
b)
Wanita
c)
Kekuasaan
c.
Aspek Pergerakan
a)
Kelesuan (futur)
b)
Perilaku infirodiyah (individual), merasa diri lebih mampu tanpa yang
lain, bahkan tanpa jamaah. Bikin manuver-manuver pribadi tanpa koordinasi.
c)
Fanatik yang salah.[7]
Paradigma
pendekatan dalam hambatan berdakwah dimasa era globalisasi, diantaranya:
a.
Pendekatan social
Pendekatan sosiologi adalah salah
satu upaya memahami agama dengan cara meningkatkan kemampuan manusia untuk
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya agar pola fikir
berkembang dan akan mengalami evolusi yang menyebabkan perubahan sosial
masyarakat baru dan akan tercipta tingkat integrasi lebih besar.
Agama lebih memperhatikan bidang
sosial (Rahmat, 2006), hal ini dapat kita lihat jelas di dalam Al Quran dan
Hadist bahawa perbandingan ayat ibadah dengan muamalah (masalah sosial) adalah
1:100, dan sholat berjamaah lebih baik dari pada sendiri (1:27).[8]
Pengaruh globalisasi telah masuk
kedalam seluruh kehidupan masyarakat, serta menghilangkan sekat-sekat geografis
antara satu negara dengan negara yang lain, antara satu budaya dengan budaya
yang lain. Dengan menggunakan istilah “kebudayaan internasional” atau
“modernisme”, Barat yang dimotori oleh Eropa dan Amerika secara gigih
mengekspor kebudayaan mereka ke belahan dunia yang lain. Dengan isu globalisasi
ini, Barat ingin mewajibkan model, pemikiran, perilaku, nilai, gaya dan pola
konsumsinya terhadap bangsa lain.[9]
b.Pendekatan Budaya
Satu hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan strategi dan taktik dakwah adalah mencoba melihat sistem
budaya lokalnya. Pengembangan dakwah seringkali lebih mampu dicapai melalui
pendekatan kultural, ketimbang pendekatan formal struktural yang hanya dapat
dilakukan pada bagian kecil dari ajaran formal yang berwatak legalistik.
Sebagai contoh bisa diambil, bagaimana dakwah Islamiyah di lakukan dalam kultur
Jawa.[10]
c.
Pendekatan agama
Pendekatan antropologis adalah salah
satu upaya memahami agama dengan cara melihat praktik keagamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat.
Kajian
antropologi dibagi empat, yaitu:
a)
Intelektualisme, yaitu mempelajari agama dari sudut pandang intelektual
yang mencoba melihat definisi agama dalam setiap masyarakat, kemudian melihat
perkembangannya (religius development) dalam suatu masyarakat. E.B. Taylor
mengemukakan bahwa agama sebagai kepercayaan terhadap adanya kekuatan
supernatural.
b)
Strukturalis
c)
Fungsionalis
d)
Simbolis
e)
Ketiga teori ini dikembangkan Emile Durkheim, mengilhami banyak orang
dalam melihat agama dari sisi yang sangat sederhana sekaligus menggabungkannya
secara struktur.[11]
d.
Pendekaan ideologi baru
Pendekatan ini dengan memunculkan
ide ide baru atau cara baru dalam berdakwah.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan,
yaitu:
a.
Globalisasi telah menjadi lokomotif perubahan tata dunia dengan
konsekuensi akan menarik gerbong-gerbongnya yang berisi budaya, pemikiran
maupun materi. Hal ini membawa konsekwensi yang besar terhadap pergeseran tata
nilai dalam masyarakat, bahkan termasuk agama. Oleh karena itu, dakwah
Islamiyyah diharapkan dapat menyaring dampak negatif tersebut.
b.
Globalisasi sebagai sebuah trend dunia setidaknya terjadi dalam tiga
ranah, yaitu: globalisasi politik, globalisasi ekonomi, dan globalisasi sosial
budaya.
c.
Metode dakwah di era globalisasi dikelompokkan menjadi 3 bagian besar,
yaitu: dakwah bi al-kitabah yaitu berupa buku, majalah, surat, surat kabar,
spanduk, pamplet, lukisan-lukisan dan sebagainya. Dakwah bi al-lisan, meliputi
ceramah, seminar, symposium, diskusi, khutbah, saresehan, brain storming,
obrolan, dan sebagainya. Dakwah bi al-hal, yaitu berupa prilaku yang sopan
sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, dan lain sebagainya.
B. SARAN
Dengan mempelajari filsafat dakwah, selain bisa
mengetahui apa itu filsafat Dakwah.
Mengetahui tentang tantangan daam berdakwah diera
globalisai didalam filsafat dakwah juga
merupakan cara yang baik dalam proses belajar. Oleh karena itu
sebagai kaum pelajar kita harus mengembangkannya dalam kehidupan
sehari-hari.Pelajar adalah masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai
kaum pelajar, karena mereka berpendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal-altajdid-stain-palopo/metode-dakwad-di-era-globalisasi.html.
http://kalaksingkil/tiga-aspek-dalam-hambatan-dakwah.html.
http://kamushidupku/pendekatan-dalam-metodologi-studi-islam.html.
Munir, Muhammad.
2006. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada
Media.
Sudarsono. 2008.
Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syafile, Inu Kencana.2004. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Grafika Aditama.
0 komentar:
Posting Komentar