Tahapan Dakwah Dalam Surat As-Syuara 214
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Pendidikan diyakini sebagai kunci pembangunan
dan pengembangan sumber daya manusia. Namun, pendidikan kita mengalami proses
“dehumanisasi”. Dikatakan demikian karena pendidikan mengalami proses
kemunduran dengan terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan yang dikandungnya. Realitas proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah
selama ini hamper tidak memberikan
peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan
berpikir kritis mereka. Peserta didik masih saja menjadi obyek. Mereka
diposisikan sebagai orang yang tertindas, orang yang tidak tahu apa-apa, orang
yang harus dikasihani, oleh karenanya harus dijejali dan disuapi. Setiap hari
indoktrinasi dan brainwashing terus saja terjadi terhadap anak-anak. Anak-anak
terus saja dianggap sebagai bejana kosong yang siap dijejali aneka bahan dan
kepentingan demi keuntungan semata. Anak-anak dipasung kebebasannya, tidak lagi
dilihat sebagai anak (lebih-lebih di pendidikan dasar), tetapi sebagai robot,
beo, dan kader politik mini yang hanya tahu melaksanakan perintah ”tuan”nya.
tafsir
adalah ilmu yang membahas tentang redaksi-redaksi al-qur’an, dengan
memperhatikan pengertian-pengertiannya untuk mencapai pengetahuan tentang apa
yang dikehendaki oleh allah, sesuai kadar kemampuan manusia. Disini kita mempelajari tentang tahapan-tahapan dalam
berdakwah. Pembahasan dimakalah ini mengenai tahapan dalam berdakwah dalam
kandungan surat as-syuara ayat 214. tujuan utamanya adalah semua yang
berpotensi disentuh oleh kemusyrikan, kini ayat diatas berpesan lagi kepada
beliau bahwa: hindarilah
segala hal yang dapat mengundang murka allah dan berilah peringatan kepada
kerabat kerabatmu yang terdekat.
- Pembatasan Masalah
Pembatasan
masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian
ini, masalah dibatasi pada tahapan dakwah
yang terkandung dalam surat as-syuara 214.
- Perumusan Masalah
Dalam
makalah ini terdapat beberapa penjabaran materi dari latar belakang diatas.
Diantaranya yaitu:
1.
Bagaimana pengertian tafsir ?
2. Bagaimana tahapan dakwah dalam surat as-syuara 214?
- Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian
tafsir.
2. Untuk mengetahui tahapan dakwah dalam surat as-syuara
214.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tafsir
Secara lughot, Tafsir ialah menjelaskan dan menerangkan, diambil dari kata al-fasr yang bermakna menjelaskan
dan membuka. Dalam kamus dikatakan bahwa makna al-fasru adalah menjelaskan dan
membuka sesuatu yang tertutup. Ia mengatakan dalam kitab al bahr al muhith,
tafsir dapat pula bermakna “menelanjangi” secara mutlak.[1]
Sedangkan pengertian tafsir
secara istilah ilmu untuk memahami kitab allah SWT yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW dan merupakan penjelasan makna-makna serta kesimpulan hikmah dan
hokum-hukum.
Menurut ulama’ tafsir adalah ilmu yang membahas tentang redaksi-redaksi
al-qur’an, dengan memperhatikan pengertian-pengertiannya untuk mencapai
pengetahuan tentang apa yang dikehendaki oleh allah, sesuai kadar kemampuan
manusia.[2]
B.
Tahapan Dakwah Dalam Surat As-Syuara 214
a. Surat as-syu’ara 214
وا
نذ رعشير تك الأ قربين[3]
Arti kata:
ا نذر
|
berilah peringatan
|
عشير
|
anggota suku yang terdekat
|
الأ قربين
|
orang-orang yang dekat dari
mereka yang terdekat.
|
Artinya: “Dan
berilah peringatan kepada kerabat kerabatmu (muhammad)
yang terdekat”.
[4]
Bagi ibnu asyur ayat ini
tertuju kepada nabi Muhammad SAW. Ia adalah uraian khusus setelah ayat
sebelumnya merupakan uraian umum menyangkut siapa saja. Demikian tulisnya.
Kata
( عشير ه) à
anggota suku yang terdekat,
diambil
dari kata ( عا شر) à
saling bergaul karena
anggota suku yang terdekat atau keluarga
adalah orang2 yang sehari2 bergaul.
Kata
( الأ قربين ) à
yang menyifati kata (عشير ه) merupakan
penekanan sekaligus guna mengambil hati mereka sebagai orang-orang yang dekat
dari mereka yang terdekat.
Setelah memerintahkan nabi
muhammad SAW. Menghindari kemusyrikan, yang tujuan utamanya adalah semua yang
berpotensi disentuh oleh kemusyrikan, kini ayat diatas berpesan lagi kepada
beliau bahwa: hindarilah
segala hal yang dapat mengundang murka allah dan berilah peringatan kepada
kerabat kerabatmu yang terdekat tanpa pilih kasih[5] dan Takut takutilah
kerabatmu yang terdekat dengan azab dan siksa allah yang keras bagi orang yang
kafir kepadanya dan yang menyekutukan-Nya dengan yang lain.[6]
Seruan rasulullah agar
berhati-hati dengan syirik. Allah memerintahkannya untuk mengingatkan
kerabatnya yang dekat agar bertawakkal kepada allah yang selalu memperhatikan
dan menjaganya. Ketika rasulullah termasuk dalam orang-orang yang diancam akan
adzab bersama orang-orang yang mendustakan, bila beliau ikut pula menyeru tuhan
lain selain allah, itu hanyalah hipotesis untuk mendekatkan pemahaman. Kalau
rasulullah saja termasuk orang-orang yang diancam, lantas bagaimana dengan
orang-orang lainnya. Disini menunjukkan bahwa tuha tidak pilih kasih sama
sekali.
Setelah rasulullah
memperingatkan diri sendiri, beliau diperintahkan untuk mengingatkan
kekeluarganya, agar selain mereka mendapat pelajaran darinya bahwa merekapun
sesungguhnya terancam denga adzab bila ttap berada dalam kemusyrikan dan tidak
mau beriman.[7]
Begitu juga ayat ini
menyuruh supaya dipertakuti dengan siksa dan hukuman karib kerabatmu sendiri
dan tidak akan terlepas dari hukuman dan siksaan itu, meskipun anakmu, bapakmu,
ibumu, saudaramu, dsb. Semuanya itu dihukum bila bersalah dan berdosa. Maka tidak
ada familisme dan kawanisme dalam islam. Melainkan semuanya itu tunduk kepada
hukum yang satu dengan tiada memandang bulu. Inilah keadilan yang mutlak dalam
islam. Dengan keadilan semacam inilah kaum muslimin dahulu kala memerintahi
dunia. Begitu juga allah menyeru nabi supaya jangan berlaku sombong terhadap
orang-orang mukmin yang menjadi pengikutnya. Hal ini patut ditiru oleh
kepala-kepala dan pemimpin-pemimpin.[8]
Demikian ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan
ummatnya agar tidak mengenal pilih kasih/ memberi kemudahan kepada keluarga
dalam hal pemberian peringatan. Ini berarti nabi dan keluarga beliau tidak
kebal hukum, tidak juga terbebaskan dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak
berlebih atas dasar kekerabatan kepada rasul SAW. karena semua adalah hamba
alla, tidak ada perbedaan antara keluarga / orang lain. bila ada kelebihan yang
berhak mereka peroleh, maka itu disebabkan karena keberhasilan mereka mendekat
kepada allah dan menghiasi
diri dengan ilmu serta akhlak mulia.[9]
Pemberian peringatan yang khusus ini
adalah sebagian dari pemberian peringatan umum yang untuk itu rasulullah SAW
diutus, sbgai firman :
ولتنذ
را م القرى ومن حو لها
“
Dan agar kamu memberi peringatan kepada
penduduk makkah dan orang orang yang berada diluar lingkungannya” (an’am, 6:92)
لتبشربه المتقين وتنذربه قوما لدا
“… agar kamu dapat member kabar gembira dengan
al-qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa dan agar kamu member peringatan
dengannya kepada kaum yang membangkang”.
Didalam hadist dan ayat tersebut terdapat dalil bahwa kedekatan dalam nasab
tidak bermanfaat jika jalan yang ditempuh berbeda. Juga terdapat dalil atas
pembolehan orang mu’min mengadakan hubugan dengan orang kafir, serta memberinya
petunjuk dan nasehat, berdasarkan sabda rasul: “sesungguhnya kalian mempunyai
rahim dan aku membasahinya dengan basahnya”.[10]
b. Asbabun
Nuzul
Ketika ayat ke 214
diturunkan, maka rasulullah memulai dakwahnya kepada keluarga serumah, kemudian
baru keluarga yang terdekat. Hal ini menyinggung perasaan kaum muslimin, mereka
merasa terabaikan. Sehubungan dengan hal itu, maka allah SWT. Menurunkan ayat
215 sebagai perintah untuk memperhatikan kaum muslimin yang lain. (HR.Ibnu
Jarir dari Ibnu Juraij).[11]
﴿ روي البخاري ومسلم أنه لما نزلت هذه الايۃ أتي النبي
صلى الله عليه وسلم الصفا فصعد عليه ثم نادي : يا صاحباه ! فاجتمع الناس إليه بين
رجل يجيء اليه وبين ﺭجل يبعث رسوله.
فقال رسول الله صلى ألله عليه وسلم: يا بني لؤي أرآيتم لوأخبرتكم أن خيلا بسفح الجبل
تريدأن تغير عليكم أصدقتموني؟ قالوا: نعم. قال "فائني نذيرلكم بين يدي عذاب شديد"
فقال أبولهب: تبالك ساءر اليوم! أما دعوتنا إلا لهذا؟ وأنزل الله: تبت يداأبي لهب وتب...
﴾[12]
Ketika allah SWT menurunkan
ayat ke 214 maka rasulullah naik kegunung shafa, seraya mengundang: “wahai
saudaraku!” sedang beberapa saat berkumpul umat manusia. Beliau bersabda: wahai
bani abdul muthalib, bani fikr, bani luayi, adalah kamu sekalian membenarkan
manakala aku mengatakan bahwa unta dipegununan ini akan mengubah nasibmu? Jawab
“ ya, percaya”. Rasulullah kemudian bersabda lagi: ”maka sesungguhnya aku
adalah pemberi peringatan bagimu. Dan bila kamu membangkang maka dihadapku ada
siksa yang pedih”. Mendengar sabda nabi ini abu lahab langsung tampil berbicara
: celaka kamu Muhammad pada hari ini. Adakah kamu sengaja mengumpulkan kami
hanya untuk mendengar ocehanmu itu. Maka allah SWT. Menurunkan ayat-ayat yang
terkandung dalam surat al-lahab. (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas Imam Bukhari Muslim
Tirmidzi & Nasa’i meriwayatkan dari A’masy).[13]
﴿ وأخرج مسلم بإسناده عن عائشة رضي
الله عنها قالت: لما نزلت: "
وا نذر عشيرتك الأقربين. قام رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال:
يا فاطمةابنة محمد وياصفية ابنةعبد المطلب. يابني عبدالمطلب لاأملك لكم من الله شيئا
سلوني من مالي ماشئتم ﴾[14]
Ketika ayat ke 214 diturunkan, maka rasulullah
SAW. Langsung berdiri seraya berkata: “wahai Fatimah binti muhammad, shafiyah
binti abdul muthalib, bani abdul muthalib, aku tidak memiliki sesuatu apapun
dihadapan allah yang dapat menyelamatkanmu. Ambillah hartaku sekehendak
hatimu.” Seruan ini membuat kaum muslimin yang lain merasa disolasikan oleh
rasulullah dalam dakwah sehubungan itu maka allah menurunkan ayat ke 215
sebagai perintah untuk berdakwah kepada seluruh kaum muslimin. (HR. ahmad dari
aisyah).[15]
﴿ وأخرج مسلم والترمذي بإسناده عن أبي
هريرة رضي الله عنه قال: لما نزلت: "وأنذرعشيرتك الأقربين. دعارسول لله صلى لله
عليه وسلم قريشا فعم وخص, فقال: يامعشر بني كعب أنقذواأنفسكم من الناس يامعشربني كعب
أنقذواأنفسكم من النار. يافطمة بنت محمد أنقذي نفسك من النار فإني والله لاأملك لكم
من الله شيئا إلاأن لكم رحما أبلها ببلالها ﴾[16]
Ketika ayat ke 214 diturunkan,
rasulullah segera berdakwah kepada keluarga dengan mengatakan :”wahai
orang-orang quraisy selamatkanlah dirimu
dari api neraka, wahai orang-orang bani
hasyim selamatkanlah dirimu dari api neraka, wahai orang-orang bani muthalib selamatkanlah dirimu dari api
neraka, wahai Fatimah binti muhammad selamatkanlah dirimu dari api neraka,
sebab dihadapan allah aku tidak memiliki apa-apa kecuali dengan kamu hanyalah
ikatan keluarga belaka. (HR. ahmad dari abu hurairah imam muslim dan tirmidzi
meriwayatkan pula dari abdul malik bin umar).
Pada suatu waktu abu darda
berkhutbah dihadapan umat manusia sedangkan anaknya berada disisinya sedangkan
kaum keluarganya berada dimasjid sambil bercanda ria. Maka ada seseorang yang
mengajukan pertanyaan kepada abu darda bagaimana keadaan manusia yang mencintai
ilmu berada disisimu, sementara sanak kerabatmu sendiri bercanda ria?
Jawabannya : aku pernah mendengar rasulullah bersabda:” orang yang paling zuhud
didunia adalah nabi, dan orang yang paling menentang nabi adalah sanak
keluarga.” sehubungan dengan itu maka allah menurunkan ayat ke 214-220 sebagai
perintah membina keluarga dan masyarakat dan bila mereka mendurhakai ajaran
agama maka itu diluar tanggungjawab rasulullah. (HRibnu asakir dari amrin bin
samarrah dari Muhammad bin saaqah dari abdul wahid binti abu bakar as shidiq).[17]
Hadist-hadist menerangkan
bagaimana rasulullah menyambut seruan itu dan bagaimana beliau berusaha
menyampaikannya kepada kerabatnya yang terdekat. Beliau tidak dapat berbuat
apa-apa dalam pembelaan terhadap urusan mereka, dan hanya dapat menyandarkan
kepada allah seluruh urusan akhirat mereka. Rasulullah menjelaskan bahwa
hubungan kerabat tidak bermanfaat sekali bila tidak diikuti dengan ikut serta
dalam amal shaleh. Dijelaskan beliau tidak dapat berbuat apa-apa untuk
menyelamatkan mereka dari adzab allah, pada hal beliau adalah rasul allah.
Inilah islam dan dalam kejelasan dan kemurniannya. Dan ia meniadakan perantara
antara hamba dan allah bahkan perantara seorang rasul-nya sekalipun.
Demikianlah allah
menerangkan kepada rasul –nya bagaimana seharusnya beliau bermu’amalah dengan
orang-orang beriman yang menyambut dakwah yang dibawanya.[18]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Ayat diatas berpesan hindarilah segala
hal yang dapat mengundang murka allah dan berilah peringatan kepada kerabat
kerabatmu yang terdekat tanpa pilih kasih dan Takut takutilah kerabatmu yang
terdekat dengan azab dan siksa allah yang keras bagi orang yang kafir kepadanya
dan yang menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Ayat
ini selain menyuruh untuk menghindari kemusyrikan
juga mengajarkan kepada rasul SAW dan
ummatnya agar tidak mengenal pilih kasih/ memberi kemudahan kepada keluarga
dalam hal pemberian peringatan. Ini berarti nabi dan keluarga beliau tidak
kebal hukum, tidak juga terbebaskan dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak
berlebih atas dasar kekerabatan kepada rasul SAW. karena semua adalah hamba
allah, tidak ada perbedaan
antara keluarga / orang lain. bila ada kelebihan yang berhak mereka peroleh,
maka itu disebabkan karena keberhasilan mereka mendekat kepada allah dan menghiasi
diri dengan ilmu serta akhlak mulia.
Demikianlah allah
menerangkan kepada rasul –nya bagaimana seharusnya beliau bermu’amalah dengan
orang-orang beriman yang menyambut dakwah yang dibawanya.
- Saran
Dengan mempelajari tafsir selain bisa mengetahui
apa itu tafsir, dan kita bisa mengetahui asbabun nuzul
dari subuah ayat pendidikan agar nantinya
peserta didik dapat menerapkan ajaran yang terkandung pada Surat as-syu’ara 214 dalam kehidupan
sehari-hari, baik itu kepada Allah SWT, kedua orang tua, serta kepada
manusia-manusia yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Qaradhawi, Yusuf. 1999. Berinteraksi Dengan Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.
Ø Quthb, Sayyid.
2008. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.
Jakarta: Gema Insani.
Ø Yunus, Mahmud. 2004.
Tafsir Qur’an Karim. Jakarta:
Hidakarya Agung.
Ø Mahali, Mudjab.
2002. Asbabun Nuzul Studi mendalami
Al-Qur’an. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ø Al- Maraghi,
Mustafa. 1993. Terjemah Tafsir Al Maraghi.
Semarang: Toha Putra.
Ø Karim, Ussamah
Abdul. 2008. Tafsirul Wajiz. Jakarta:
Mussasah Darul Faiha.
Ø Quraish,
Shihab. 2006. Tafsir Al-Mishbah.
Jakarta: Lentera Hati.
[11] Mudjab Mahali, Asbabun
Nuzul Studi mendalami Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002),
hlm 638.
0 komentar:
Posting Komentar