KHALIFAH
MUTAWAKKIL
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG MASALAH
Pentingnya mempelajari rijalud dakwah ini bagi para da’I, karena
sebagai suatu pedoman, dan tolak ukur agar para da’I bisa mencapai suatu
keberhasilan dan menyebar luaskan dan meningkatkan mutu Islam itu sendiri. Suatu
pesan yang disampaikan, yang mana mendapat respon yang baik dari para mad’u
tersebut bila mana seorang da’I mengetahui, memahami dunia dakwah tersebut baik
meliputi sosiologi dakwah, psikologu dakwah dan sejarah keda’waan. Berbagai
rintangan, hambatan dalam menyampaikan dakwah ini tidak sedikit dari anbiya’.
Merasakannya. Seperti halnya nabi Muhammad SAW, begitu halnya masa setelah
beliau yakni masa Khulafa’ur rosyidin, bani umayah, mereka tetap melaksanakan
dakwah tersebut (menyampaikan Islam keseluruh dunia) dan akhirnya mereka pun
berhasil dan pada pembahasan ini, masa setelah Bani Umayah yakni Bani Abbasiah.
Menjadi si tikang-seru, juru Da’wah atau
muballighul islam banyak memberikan pengertian, faham dan pegangan. Sepanjang
perjalanan menempuh ridho Allah telah memperkaya diri dengan pengalaman,
membajakan diri dengan keyakinan, malah mempertajam pemahaman.Menelan pahit
getir, menempuh duri dan derita adalah resiko yang telah dijalani dengan hati
yang ikhlas oleh seorang rijal al-Dakwah.
Tempo-tempo mendapat pujian dan sanjungan.Tempo-tempo dihempaskan oleh hinaan dan cacian.Kegagalan dan keberhasilan silih berganti. Kegiatan berenang mengarungi dua gelombang, berjuang dan lalu ditengah dua-ufuk dunia yang bertentangan sanjungan dan ejekan, pujaan dan makian tak membuat padam api semangat api sang rijal al-dakwah dalam menegakkan kalimat-kalimat allah. Hanya satu kata bagi seorang rijal al-dakwah yaitu li i’lai kalimatillah.
Tempo-tempo mendapat pujian dan sanjungan.Tempo-tempo dihempaskan oleh hinaan dan cacian.Kegagalan dan keberhasilan silih berganti. Kegiatan berenang mengarungi dua gelombang, berjuang dan lalu ditengah dua-ufuk dunia yang bertentangan sanjungan dan ejekan, pujaan dan makian tak membuat padam api semangat api sang rijal al-dakwah dalam menegakkan kalimat-kalimat allah. Hanya satu kata bagi seorang rijal al-dakwah yaitu li i’lai kalimatillah.
- PEMBATASAN MASALAH
Pembatasan
masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian
ini, masalah dibatasi pada metode
berdakwah pada zaman bani abbbasiyah (khalifah al mutawakkil)
- PERUMUSAN MASALAH
Dalam
makalah ini terdapat beberapa penjabaran materi dari latar belakang diatas.
Diantaranya yaitu:
1.
Bagaimana kehidupan
dakwah dimasa daulah abbasiyah?
2.
Bagaimana setting
History seorang khalif al-mutawakkil ?
3.
Bagaimana pendekatan dan model dakwah khalif mutawakkil ?
4.
Bagaimana pemikiran dan respon mad’u ?
5.
Bagaimana problem
yang terjadi ?
6.
Bagaimana wafat
khalif al-mutawakkil ?
- TUJUAN
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui kehidupan dakwah dimasa daulah abbasiyah
2. Untuk mengetahui setting History seorang khalif
al-mutawakkil
3.
Untuk mengetahui pendekatan dan model dakwah khalif mutawakkil
4.
Untuk mengetahui pemikiran dan respon mad’u
5.
Untuk mengetahui problem yang terjadi
6.
Untuk mengetahui wafat khalif al-mutawakkil
BAB II
PEMBAHASAN
Rijal
Secara
bahasa arti Rijal adalah tokoh, sedangkan arti al-Tafsir menurut bahasa ialah
penjelasan. Jadi, pengertian Rijal al-Tafsir adalah Tokoh-tokoh tafsir .[1]
Dakwah
secara harfiah yaitu masdar dari fa’ala (kata kerja) da’a dalam arti ajakan,
seruan, panggilan, undangan, do’a dan lainnya.[2]
Sedangkan secara terminology yaitu suatu kegiatan untuk menyampaikan dan mengajarkan
serta mempraktkkan ajaran islam didalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut
M. Abu al-futuh menyampaikan dan menerangkan apa yang telah dibawa oleh nabi.[3]
A. Kehidupan
Dakwah dimasa Daulah Abbasiyah
Daulah
abbasiyah adalah daulah yang berdiri dengan tegas diatas panji-panji islam.
Selama lima abad perjalanannya, daulah ini menjadi sarana dakwah dan pendukung
dakwah islam. Dengan semangat dakwah yang tinggi daulah ini menjadi kerajaan
islam yang telah dapat mengubah dunia dari gelap menjadi terang, dari mundur
jadi maju.
Dakwah
pada masa ini dapat dibagi dalam dua level, yaitu:
a. Level
Negara dan Penguasa
a)
Para khalifah abbasiyah masa keemasan adalah juga seorang ulama’ yang
cinta ilmu. Mereka memuliakan ulama’ dan pujangga, serta membuka pintu istana
selebar-lebarnya buat mereka. Putra-putra khalifah juga mendapatkan pendidikan
khusus tentang agama dan kesusastraan, agar mereka menjadi ulama’dan pujangga.
b)
Mendorong dan memfasilitasi upaya penerjemahan berbagai ilmu dari
berbagai bahasa kebahasa arab, seperti filsafat, ilmu kedokteran, ilmu bintang,
ilmu pasti, ilmu fisika, ilmu musik, dan lain-lain.
c)
Melakukan perluasan dan pembinaan wilayah dakwah.
d)
Mendorong dan memfasilitasi pembaruan system pendidikan dengan munculnya
madrasah nidzamul muluk dan madrasah nidzamiyyah da Baghdad, dari sinilah
terlahir ulama’-ulama’ besar.
e)
Setelah cahaya daulah abbasiyah mulai redup secara politis, peran
dakwahnya pun menjadi tidak kuat.
b. Level
Masyarakat
Meskipun
islam pada level Negara menunjukkan kelesuan, tetapi dengan rahmat allah, pada
level masyarakat aktifitas keislaman tidak tidur, dan tidak terlalu
terpengaruhi oleh kelemahan dan kerusakan yang terjadi dilevel Negara.
Barangsiapa menelusuri kitab-kitab thabaqat dan tarajim (kitab yang berisi
biografi para ulama’ ) akan menemukan bagaimana aktivitas ilmiah dakwah
menjamur dibagdad ketika itu. Masjid- masjid dan sekolah-sekolah penuh dengan
kajian ilmiah. Materinya sangat bervariasi diantaranya kajian kitab, membaca
al-qur’an, meriwayatkan hadist, mendengarkan ceramah, dan lain-lain. Para
ulama’ pada masa ini memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar, bahkan
kadang-kadang mengalahkan pengaruh para khalifah.
Jika ada khalifah meninggal, tidak banyak orang yang mengantarnya
kekuburan, tetapi apabila ulama’ meninggal masyarakat berbondong-bondong
mengucapkan bela sungkawa dan mengantarkannya kekuburan. Inilah perbedaan
antara penguasa hati dan penguasa dunia.
Masjid-masjid dibaghdad, bahsrah, kufah, dan lainnya dipenuhi para
ulama’, penceramah, ahli hadist, dan lainnya. Mereka memilliki pengaruh besar dalam
penceramahan imam masyarakat. Materi yang menonjol saat itu adalah tazkiyatun
nufus (pembersihan hati), peringatan tentang negeri akhirat, serta seruan agar
tidak terbedaya oleh kehidupan dunia. Tampaknya materi-materi seperti ini
mencuat kepermukaan sebagai reaksi dari kemewahan dan kemaksiatan yang terjadi
dilevel penguasa. Diantara da’I yang terkenal adalah ibnu simak, imam ahmad.
Meskipun ada kelemahan yang nyata dilevel pemimpin dan banyaknya
penyimpangan beragama, namun dengan rahmad allah gerakan dakwah berjalan dengan
baik.[4]
B. Setting
History Seorang Khalif Al-Mutawakkil
Nama lengkap Khalifah
Al-Mutawakkil (847-861 M) adalah Al-Mutawakkil Alallah, Ja'far, Abu Al-Fadhl
bin Mu'tashim bin Ar-Rasyid. Ibunya seorang mantan budak bernama Syuja'.
Al-Mutawakkil lahir pada 205 H. Riwayat lain menyatakan pada 207 H. Ia dilantik
sebagai khalifah pada 24 Dzulhijjah 232 H setelah wafatnya Al-Watsiq.
Khalifah ke-10 bani abbasiyah
ini bernama asli emir ja’far dan lengkapnya mutawakkil alallah ja’far abu al
fadhl bin mu’tashim bin ar rasyid. Putra
dari marhum khalif al mu’tashim, ibuya adalah mantan seorang budak bernama syuja’. Lahir Pada
Tahun 205 H. Riwayat lain menyatakan pada 207 H. Ia dilantik sebagai khalifah
pada 24 Dzulhijjah 232 H. Diangkat menjadi khalifah pada umur 26 tahun
menggantikan khalif al-watsiq dengan
panggilan khalif al-mutawakkil dari
tahun 232-247 H / 847-861 M diwilayah
kota samarra, sebelah ibukota bagdad pada pinggir sungai tigris.[5]
C. Pemikiran
dan Respon Mad’u
Khalifah Al-Mutawakkil
dalam pemikirannya berbeda
dengan paman, bapak, dan saudara-saudaranya. Ia bersikap memusuhi aliran
iktizal. Al mutawakkil juga berbeda dengan al watshiq yang berpaham lapang. Ia
seorang khalif yang amat sangat ortodoks dan otoriter. Sebab kenapa al-mutawakkil ingin menghapus aliran
I’tizal adalah bahwa beliau sendiri tidak menyukai dan juga tidak berselera
terhadap pemikiran pemikiran yang kritis.[6]
Sewaktu al mutawakkil menjadi khalifah, hal pertama yang dilakukannya adalah
membebaskan imam ahmad ibn hambal dari tahanannya, yang sebelumnya ditahan oleh
khalif al watshiq karena kritik-kritikannya yang sangat keras terhadap khalif.
Tindakan al mutawakkil disambut hangat oleh kalangan sunni terutama kalangan
hadist (al-muhaddistin) yang ingin memurnikan tauhid itu kembali kedalam bentuk
kesederhanaannya tanpa pembahasan-pembahasan yang logis dan rasionil
(al-manthiqi).[7]
Dikarenakan dekrit-dekrit yang dikeluarkan oleh khalifah
al-mutawakkil tidak memihak pada rakyat non muslim, serta dekrit itu pun
membangkitkan reaksi dan ketegangan yang cukup besar. Maka para penganut
mazdaism (agama majusi) mengungsi menuju anak benua india dan kemudian menetap
pada wilayah bombai dan sekarang lebih dikenal sebagai kaum parsees, yaitu
kelompok masyarakat yang terbilang cerdas dan termaju disitu menjelang
kemerdekaan india dan aktif dalam kemerdekaan india.
D. Pendekatan,
Sarana dan Model Dakwah Khalif Mutawakkil
Pendekatan yang dilakukan khalif al-mutawakkil yaitu
a.
pendekatan
struktural
Al-mutawakkil diangkat
menjadi khalifah dan bearti berkuasa penuh atas semuanya. Misalnya:
a)
menghapus aliran
iktizal dan Memurnikan aliran sunni
aliran I’tizal / mu’tazilah yaitu
aliran yang menggunakan pemikiran yang rasional dan kritis. Kaum I’tizal berfikir kalau alqur’an itu adalah
makhluk/ciptaan. Sedangkan aliran sunni/ahlussunnah waljama’ah adalah aliran
yang lebih condong ke ajaran tauhid seperti pada masa rasul (tidak menggunakan
rasio). Misalnya: zaman dulu semisal nabi berkata bahwa allah itu tinggal diars,
maka semua umat akan percaya dan tidak aka nada keraguan baginya, berbeda
dengan aliran iktizal yang harus memerlukan pemahaman yang rasional untuk
menjelaskan itu semua.
b)
mendirikan
gedung gedung yang megah dan indah disepanjang sungai tigris sehingga kota
benteng samarra terlihat sangat mewah.
c)
Mewajibkan
kepada setiap orang non islam baik di ibukota maupun pada seluruh wilayah islam
masa itu untuk memakai pakaian atau tanda pengenal yang mengisyaratkan bahwa
mereka adalah orang non muslim. Itu dilakukan karena sebagai identitas bahwa
orang non muslim tidak akan dikenakan pajak.
d)
Menghancurkan
dan meratakan seluruh bangunan-bangunan suci monumen yang sangat dimuliakan
kaum syi’ah dan menjadi tempat ziarah mereka itu. Kemudian dibajak dan
ditanami.[8]
b.
pendekatan
persahabatan
dalam missinya untuk
memberantas aliran I’tizal (muktazilah), awalnya mereka diundang untuk berpesta
tetapi pada akhirnya mereka dibunuh dengan kejinya secara missal.
Beberapa sarana yang
dibangun oleh khalif al-mutawakkil. Diantaranya:
·
Membangun
gedung-gedung yang mewah disepanjang sungai tigris disamarra.
·
Membangun istana
didariya, damaskus
·
Memperbaiki
gedung-gedung yang hancur akibat gempa bumi yang sering melanda kota syiria,
parsi, dan khurasan
Problem yang timbut selama pemerintahan
khalif al-mutawakkil kebanyakan dikarenakan sikapnya sendiri. Dan didalam
pemerintahannya yang panjang hanya 2-3 perusuhan yang agak besar, akan tetapi
bias diatasi. Cuma pada massanya itu sering terjadi gempa bumi melanda kota
syiria, parsi, dan khurasan, dan yaman. Yang menghancurkan beberapa
bangunan-bangunan kota dan menelan banyak korban. Dan berhasil dibangun
kembali.
E. Perkembangan
Ilmu
Khalifah Al-Mutawakkil hidup sezaman dengan Abu
Tsaur, Imam Ahmad bin Hanbal, Ibrahim bin Al-Munzhir Al-Hizami, Ishaq Al-Muhsil
An-Nadim, Abdul Malik bin Habib (salah seorang imam dari kalangan mazhab
Maliki), Abdul Azis bin Yahya Al-Ghul (salah seorang murid terbesar Imam
Syafi'i), Abu Utsman bin Manzini (pakar ilmu nahwu), dan Ibnu Kullab, seorang
tokoh ilmu kalam.[9]
§ Terlahirnya ahli matematik, astronomi yang menyusun table-table astronomi dan menciptakan aljabar, sehingga menjadi ilmu yang
teratur dan juga memperkenalkan angka2
arab kepada dunia.
§ Membangun aliran filsafat didalam sejarah islam, yaitu al-kindi (abu yusuf ya’kub)
§ Muncul aliran kebatinan (mistik).
F.
Wafat Khalif Al-Mutawakkil
Khalifah al-mutawakkil secara tidak langsung telah dibunuh oleh anaknya
sendiri yaitu Muhammad al mutashir billah, pada tahun 247 H / 861 M disebabkan
karena khalif al-mutawakkil lebih memperlihatkan kecenderungannya kepada anak
ke-duanya (Muhammad mu’tazz billah) untuki menggantikannya sebagai khalifah.
Al muntashir menyuruh seorang sahaya turki bernama baghira untuk
membunuh khalifah al-mutawakkil ayahnya sendiri. Pada malam itu juga terjadi
pembunuhan terhadap wazir besar al fatah ibnu khankhan.[10]
Khalifah
Al-Mutawakkil sangat mencintai istrinya yang bernama Qabihah yang tak lain
adalah ibu dari anaknya, Al-Mu'taz. Sebagaimana biasa, sudah menjadi tradisi
dalam Bani Abbasiyah untuk mempersiapkan pengganti mereka sebagai khalifah,
Al-Mutawakkil melantik anaknya, Al-Muntashir kemudian Al-Mu'taz lalu Al-Muayyad
menjadi khalifah setelah ia wafat kelak. Namun kemudian Al-Mutawakkil berubah
pikiran dan lebih mengutamakan Al-Mu'taz karena kecintaannya kepada ibunya. Inilah sebabnya Muhammad al mutashir billah
merencanakan pembunuhan kepada ayahnya.[11]
Setelah kejadian pembunuhan tersebut malam itu juga al-muntashir
membangunkan serta mengumpulkan segenap pembesar, panglima, perwira, dan tokoh-tokoh
terkemuka di ibukota samarra di istana khalif dan dikabari bahwa al-mutawakkil
telah dibunuh oleh ibnu khankhan seorang wazir besar al fatah. Tetapi pembunuh
itu ketahuan dan telah dibunuh. Tokoh tokoh sunni sangat marah sekali ketika
mendengar kabar tersebut, tetapi mereka bersyukur karena si pembunuh berhasil
ditangkap dan dibunuh pula. [12]
Al- mutawakkil meninggal pada usia 40 tahun dan masa pemerintahannya
sekitar 14 tahun 9 bulan[13]
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Daulah abbasiyah adalah daulah yang berdiri dengan
tegas diatas panji-panji islam. Selama lima abad perjalanannya, daulah ini
menjadi sarana dakwah dan pendukung dakwah islam.
Khalifah Al-Mutawakkil
dalam pemikirannya berbeda
dengan paman, bapak, dan saudara-saudaranya. Ia bersikap memusuhi aliran
iktizal. Al mutawakkil juga berbeda dengan al watshiq yang berpaham lapang. Ia
seorang khalif yang amat sangat ortodoks dan otoriter. Sebab kenapa al-mutawakkil ingin menghapus aliran
I’tizal adalah bahwa beliau sendiri tidak menyukai dan juga tidak berselera
terhadap pemikiran pemikiran yang kritis. Tindakan al mutawakkil disambut
hangat oleh kalangan sunni terutama kalangan hadist (al-muhaddistin) yang ingin
memurnikan tauhid itu kembali kedalam bentuk kesederhanaannya tanpa
pembahasan-pembahasan yang logis dan rasionil (al-manthiqi).
Al mutawakkil dibunuh oleh
Al muntashir. Ia menyuruh seorang sahaya
turki bernama baghira untuk membunuh khalifah al-mutawakkil ayahnya sendiri.
Pada malam itu juga terjadi pembunuhan terhadap wazir besar al fatah ibnu
khankhan.
- SARAN
Dengan mempelajari Rijalud Dakwah selain
bisa mengetahui riwayat-riwayat kehidupan pemimpin maupun para ulama’ dari masa
kemasa, juga bisa mengetahui bagaimana seorang khalifah mutawakkil. Itu merupakan cara yang
baik dalam proses belajar. Oleh karena itu sebagai kaum pelajar kita harus
mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelajar adalah
masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena mereka
telah mengetahui tentang dakwah
dari khalifah al-mutawakkil.
DAFTAR PUSTAKA
v Ilaihi, Wahyu. Hefni,Harjani. 2007. Pengantar
Sejarah Dakwah. Jakarta: Rahmad Semesta.
v Sou’yb, Joesoef. 1977. Sejarah Daulat Abbasiyah.
Jakarta: Bulan Bintang.
v Syabibi, Ridha. 2008. Metodologi Ilmu Dakwah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
v Faizah. Efendi, Muhsi. 2009. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media.
v http://islamtangguh.blogspot.com/2011/05/daulah-abbasiyah-al-mutawakkil-khalifah.html
[1] http://eling-buchoriahmad12.blogspot.com/2011/06/rijal-at-tafasir.html
[3] Faizah dan Muhsin
Efendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm 07.
[4] Wahyu Ilaihi &
harjani hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta,
2007), hlm 120-122
[9] http://islamtangguh.blogspot.com/2011/05/daulah-abbasiyah-al-mutawakkil-khalifah.html
[11] http://islamtangguh.blogspot.com/2011/05/daulah-abbasiyah-al-mutawakkil-khalifah.html
1 komentar:
thanks for your help so they can help me I took his little friend ...........
Posting Komentar