Hadist Yang
Bermasalah
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Banyak sekali hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
perawi yang bermasalah,, tentu kualitas hadits yang demikian itu sangat
diragukan kualitasnya untuk berhujah. Dalam membedakan kualitas hadits tentu memerlukan
kajian yang sangat teliti.
Setiap bulan maulid biasanya banyak diantara
muballig yang menyampaikan sebuah hadist tentang keistimewaan nabi Muhammad
maka allah tidak akan menciptakan jagad raya ini. Sayangnya para muballigh itu
tidak pernah menjelaskan status hadist tersebut. Dan disini juga membahas
tentang hadist yang berisikan tentang ibadah haji dan ziarah kubur nabi saw yang
dapat mengingatkan pelakunya akan akhirat. Tentu saja selama ia tidak dibarengi
dengan hal-hal yang menjurus kepada kemusyrikan.
Dan dimakalah ini juga membahas tentang hadist yang
mengungkapkan kita dianjurkan bekerja untuk kepentingan dunia seolah-olah kita
akan hidup didunia selama-lamanya, dianjurkan untuk bekerja demi kepentingan
akhirat seolah olah kita akan mati besok. Hadist ini mengesankan bahwa kita
disuruh untuk mengejar-ngejar dunia seolah-olah mau hidup selamanya, sementara
ada keterangan keterangan bahwa mengejar-ngejar serta menggandrungi dunia itu
perbuatan yang tercela dalam agama islam.
B. Pembatasan
Masalah
Pembatasan masalah
digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini,
masalah dibatasi pada penjelasan hadist tanpa nabi Muhammad dunia
tidak tercipta, penjelasan hadist tentang ibadah haji dan ziarah kubur, dan
penjelasan tentang hadist bekerja didunia seakan hidup selamanya.
C. Ruimusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka dapat kami mengambil beberapa permasalahan, antara lain :
1. Bagaimana penjelasan hadist tanpa nabi
Muhammad dunia tidak tercipta?
2. Bagaimana penjelasan hadist tentang
ibadah haji dan ziarah kubur?
3. Bagaimana penjelasan tentang hadist
bekerja didunia seakan hidup selamanya?
D. Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui penjelasan
hadist tanpa nabi Muhammad dunia tidak tercipta
2. Untuk mengetahui penjelasan
hadist tentang ibadah haji dan ziarah kubur
3. Untuk mengetahui penjelasan tentang hadist
bekerja didunia seakan hidup selamanya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tanpa
Nabi Muhammad Dunia Tidak Tercipta
1. Hadits Qudsi .
Penyematan hadits tersebut adalah.
ﻟﻭ ﻻ ﻚ ﻴﺎ ﻣﺣﻤﺪ ﻤﺎ ﺨﻠﻘﺖ ﺍﻷﻔﻼ ﻚ
Seandainya bukan
karena kamu hai Muhammad, niscaya Aku tidak akan menciptakan dunia ini.
Dalam disiplin ilmu hadist, Hadist diatas disebut
hadist Qudsi. Hadis Qudsi adalah firman Allah yang tidak tercantum dalam
Al-qur’an berbeda dengan Al-Qur’an yang memiliki nilai mu’jizat, hadist Qudsi
tidak memiliki nilai mu’jizat. Dalam otentisitas gadist Qudsi sama hanya hadist
nabawi, ada yang shohih, hasan, dho’if, bahkan ada yang maudhu’. [1]
2.
Keistimewaan
Nabi Muhammad SAW
Hadis yang disebutkan diatas tadi hanyalah sebuah
kalimat penutup dan sebuah hadis yang cukup panjang yang diriwayatkan oleh
salman al-farisi. Yang artinya:
“ ketika ia berada disuatu tempat bersama nabi SAW,
tiba-tiba tadang seorang laki-laki badui yang berwatak keras. Ia yang tidak
beralas kaki itu – setelah mengucapkan salam- bertanya kepada nabi SAW. “ mana
diantara kalian yang bernama Muhammad rosulullah? ”. begitu ia bertanya. Nabi SAW
lalu menjawab, “ saya”
Orang badui tadi berkata lagi, “ saya telah beriman
kepadamu sebelum saya melihat kamu. Saya juga mencintai kamu sebelum, bertemu
denagn kamu, dan saya juga membenarkan kamu sebelum saya melihat wajah kamu.
Hanya saja saya ingin bertanya kepadamu tentang beberapa hal ”. “ silahkan
bertanya apa yang kamu kehendaki”, begitu sambut nabi SAW.
“ bukankah Allah telah berfirman langsung kepada
nabi musa? “, begitu orang badui tadi memulai pertanyaan. “ benar”, jawab nabi
SAW singkat. “ dan Allah juga telah menciptakan nabi isa dari ruhul Qudus? “,
tanyanya lagi. “ ya, benar”, jawab nabi SAW. ia bertanya lagi, “ bukankah Allah
telah menjadikan nadi Ibrahim sebagai kekasih-Nya, dan nabi adam menjadi
pilihan-Nya? “ . “ ya, benar”., jawab nabi. “ apabila demikian, apakah
keistimewaanmu? “, begitulah orang badui tadi menutup pertanyaan.
Atas pertanyaan terakhir ini nabi SAW tidak segera
menjawab, melainkan justru menundukkan kepala. Dan pada saat itu malaikat
jibril turun kepada nabi SAW seraya berkata, “ Allah mengucapkan salam
kepadamu, dia menanyakan kamu tentang hal-hal dimana dia lebih tau daripada
kamu. Kanapa kamu menunduk, angkatlah kepalamu dan jawablah kepada orang badui
itu”.
“ apa yang dapat aku katakan kepadanya wahai jibril?
“, Tanya nabi SAW. “ Allah berkata”, begitu pesan jibril, “ apabila aku telah
menjadikan Ibrahim sebagai kekasihku, maka sebelumnya aku telah menjadikan kamu sebagai kesayanganku. Apabila
aku telah berfirman langsung kepada musa dibumi, maka aku telah berbicara
kepada kamu, dan kamu bersamaku dilangit. Langit tentu lebih utama daripada
bumi. Apabvila aku telah menciptakan isa dari ruhul qudus, maka aku telah
menciptakan namamu 2000 tahun sebelum aku menciptakan kamu. Dilangit aku telah
menyiapkan tempat yang tidak pernah disentuh oleh orang lain dan tidak akan
disentuh oleh siapapun selain kamu.
Apabila aku telah memilih adam, maka aku telah
menjadikan kamu sebagai pamungkas para nabi. Aku telah menciptakan seratus dua
puluh empat ribu nabi, dan aku tidak menciptakan mahluk yang lebih mulia
daripada kamu, aku telah memberikan kamu al-HAudh,syafaat, onta, tongkat,
mizan, wajah yang bersinar bagai rembulan, ketampanan, mahkota, tongkat besar,
haji,umroh, al-Qur’an, keutamaan bulan ramadhan, dsan syafaat seluruhnya untuk
kamu. Sampai naungan ArryKu pada hari kiamat memanjang di atas kepalamu. Aku
juga selalu membersamakan namamu dengan nama-Ku, sehingga tidak pernah aku
disebut kecuali disebut pula namamu.
Aku juga menciptakan dunia dan penghuninya untuk ku
perekenalnan kepada mereka tentang karomahdan kedudukan kamu di sisi-Ku. Dan seandainya
bukan karena kamu, wahai Muhammad Aku tidak akan menciptakan dunia ini”.[2]
3.
Rawi
hadist
Hadist diatas tadi duriwayatkan oleh Imam Ibn
Asakir, kemudian dinukil oleh Imam Ibn al-jauzi dalam kitabnya al-Maudhu’ at
al-Kubra, dan selanjutnya ditulis kembali oleh Imam Jalal al-Din al-Sayuti
dalam kitabnya al-La’ali al-Masynu’ah Fi al-Hadist al-Maudhu’ah dan ibn Araq
al-kannani dalam kitabnya tanzih al-Syariah al-Marfu’ah ‘an al-HAdits al-Syani’ah
al-Maudhua’ah. Dalam kitab-kitab ii hadits itu ditulis lengkap dengan sanadnya.
Syeh al-Qori menuturkan bahwa hadits ini juga
diriwayatkan oleh Imam al-Dailami, dari Ibn Abbas dengan merafa’kan kepada nabi
Muhammad dengan redaksi: “jibril datang kepadaku, lalu berkata, ‘wahaui
Muhammad, seandainya bukan karena kamu, Aku tidak akan menciptakan surge, dan
seandainya bukan karena kamu, Aku tidak menciptakan surga, dan seandainya bukan
karena kamu, Aku juga tidak menciptakan neraka”. Riwayat al-Dailami ini
diragukan otentisitasnya oleh Syeh Muhammad Nashir al-Din al-Albani.
4.
Kualitas
hadist
Hadits yang sudah kondang dimasyarakat ini ternyata
kualitasnya bukan hanya sekedar maudhu’ tetapi sangat dan sangat palsu. Imam
Ibn al-Lauzi begitu pula Imam Jalal al-Din al-Suyuti telah menetapkan bahwa
hadits ini Maudhu’, begitu pula Imam Ibnu Araq al-Kanani dan Imam al-Saghani dalam
kitabnya al-Ahadits al-Maudhu’ah. Sementara syeh Muhammad Nashir al-Din
al-Albani juga berpendapat demikian. Dari
pendapat para ulama’ hadits itu sudah membuktikan
bahwa hadits tadi kualitasnya maudhu’. Selain itu kemaudhu’annya terletak pada tiga
orang perawi yang bernama Abu al-Sikkin Muhammad bin Isa bin Hayyanal-Madani,
Ibrahim bin al-Yasa’, dan Yahya al-Bashri. Menurut imam al-Darquthni, Abu
Sakkan lemah. Sedangkan Ibrahim da Yahya al-Bashri, dua-duanya matruk ( dituduh
berdusta ketika meriwayatkan hadits karena perilakunya sehari-hari dusta ).
Imam Ahmad bin Hambal berkata: “saya selalu membakar hadits-hadits Yahya
al-Bashri”. Sementara menurut imam al-Fallas, Yahya al-Bashri adalah seorang pndusta
yang selalu menyebarkan hadits-hadits palsu.[3]
B.
ibadah haji dan ziarah kubur nabi SAW
para jamaah haji yang melaksanakn rukun islam kelima
ini biasanya menyempatkan untuk berziarah kemakam nabi Muhammad SAW, karena
kebiasaan itulah banyak yang beranggapan bahwa orang yang pergi haji tidak
berziarah kemakam nabi Muhammad dianggap berlaku tidak sopan pada beliau.
Bahkan ada juga yang menganggap ibadah hajinya tidak sempurna.
Anggapan seperti itu tampaknya tidak hanya
dilatarbelakangi dari rekaan semata karena akibat dari melembaganya kebiasaan
itu, nmaun juga didasari dari bebrapa hadits yang mengaitkan ziarah kubur nabi
dengan ibadah haji. Hadits-hadits yang menerangkan tentang ziarah kubur nabi
Muhammad jumlahnya sangat banyak, tetapi hadits yang mengaitkan ziarah kubur
dengan ibadah haji sekurang-kurangnya ada dua buah hadits seprtti berikut:
ﻤﻦ ﺤﺝ ﺍﻠﮨﯿﺖ ﯡﻠﻢ ﯿﺯﺮﻧﻲ ﻒﻖﺪ ﺠﻔﺍﻨﻲ
Artinya:
Orang yang
beribadah haji di baitullah, dan ia tidak menziarahi aku, maka sesungguhnya ia
telah menyeterui ( memusuhi ) aku.
ﻤﻥ
ﺤﺦ ﻒﺯﺍﺮ ﻕﺒﺮﻲ ﺒﻌﺩ ﻤﻮﺗﻲ ﻜﻨﺍ ﻜﻤﻥ ﺯﺍﺮﻨﻲ ﻒﻲ ﺤﯿﺍﺗﻲ
Orang
yang beribadah haji kemudian menziarahi kuburku setelah aku wafat, maka ia
seperti orang yang mengunjungi aku ketika aku masih hidup.
1.
Rawi
dan sanad hadits
Hadits pertama
diriwayatkan antara lain:
Imam Ibn Hibban
al-Busti dalam kitabnya al-Majruhin al-Muhaddstin wa al-Dhu’afa’ wa al-Matrukkin,
dengan sanad: Ahmad bin Ubaid Bahamdan dilanjutkan Muhammad bin Muhammad bin
al-Nu’man bin syibl dan kakeknya al-Nu’man bin Syibl lalu malik selanjutnya
Abdullah bin Umar dan disandarkan pada nabi Muhammad SAW.[4]
Imam ibn ‘Adiy al-Jurjani dalam
kitabnya al-Kamil al-Dhuafa’ al-Rijal dengan sanad seperti diatas, dimana
terdapat nama Muhammad bin Muhammad bin al-Nu’man bil Syibl dan seterusnya. Imam
al-Daruqutni dalam kitabnya Gharaib Malik dengan sanad semisal diatas. Kemudian
hadits itu ditulis kembali oleh Imam ibnu al-Jauzi dalam kitabnya al-Maudhu’at
dan Imam al-Syaukani dealam kitabnya al-Fawaid al-MAjmu’ah fi al-Ahadts
al-maudhu’ah.
Dalam beberapa riwayat lain, hadits
ini terdapat perbedaan redaksional sebagai berikut: orang yang mendapatkan kesempatan tetapi tidak mau pergi menziarahiku,
maka ia telah menyeterui aku. Dan tampaknya hadits ini termasuk hadits yang
popular di masyarakat karena ia tercantum dalam kitab-kitab yang khusus memuat
hadits-hadits populer.
Sementara hadits yang kedua
diriwayatkan antara lain leh Imam al-Thabrani dalam kitabnya al-Mu’jam al-Kabir
dan al-Mu’jam al-Ausath, imam ibn Adiy dalam kitabnya al-sunan, semuanya denagn
sanad: Hafsh bin Sulaiman dari al-Laits bin Abu Sulaim dari Mujahid dan dari
Abdullah bin ‘Umar yang disandarkan kepad nabi Muhammad.
2.
Kualitas
hadits
Hadits pertama menurut Imam
al-Dzahabi, begitu pula Imam al-Shaghhani, adalah maudhu’. al-Shaghghani, Ibn
al-Jauzi, dan al-Syaukani juga mencantumkannya dalam kitab-kitab mereka yang
khusus ditulis untuk hadits-hadits palsu. Sementara hadits kontemporer Syeh
muhamad Nashir al-Dinal-Albani juga menilainya palsu.
Sumber kepalsuan dari hadits ini
ada dua hal, yaitu sanad dan matan. Dari segi sanad, dalam hadits ini terdapat
rawi yang bernama Muhammad bin Muhammad, yang dalam beberapa sumber terdapat salah
cetak sehingga tertulis Muhammad bin Mahmud, hal ini dinilai matruk. Sementara
kakeknya, al-Nu’man bin Sibl, dimana muhammand bin Muhammad m,eriwayatkan
hadits dari padanya juga dijuluki sebagai pembawa berita bohong dari
orang-orang yang benar.
Sementara dari segi manatnya,
hadits ini juga palsu, karena menyeterui dan memusuhi nabi adalah perbuatan
dosa besar, kalau tidak disebut kafir. Hal ini berarti orang yang beribadah
haji wajib berziarah kemakam nabi kalau tidak ia berdosa besar.sedangkan hal
tersebut tidak pernah dikatakan oleh
seorang ulama’ dalam fatwanya, bahkan orang awam pun tidak mengatakan seperti
itu.
Hadits yang kedua nilainya juga
maudhu’. sumberkepalsuannya juga terdapat pada matan dan sanadnya. dari segi
sanadnya juga terdapat dua rawi yang sngat lemah yaitu al-laits bin Sulaim dan
Hafsh bin Sulaiman. Seperti yang dikatakan oleh imam ibnu Ma’in, al-Laits `dan Abu Sulaim adalah
mungkar al-hadits. Karena hadist ini diriwayatkan oleh perawi yang fasik,
banyak keliru, dan lupa.
Sementara rawi yang satu lagi,
Hafsh bin sulaiman lebih parah. Menurut Imam Bukhari dan Imam Muslim, Hafsh bin
sulaiman adalah matruk. Sedangakan menurut imam al-Kharrasy, Hafsh bin Sulaiman
adalah pendusta dan sering memalsukan hadits. Imam Syu’bah pernah berkata “Hafs
bin Sulaiman pernah mengambil kitabku dan tidak dikembalikan, hal ini
menunjukan bahwa hafsh memiliki sifat yang tidak terpuji.
Dan dari segi matannya juga
bermasalah, karena berziarah di makam nabi disamakan dengan bertemu beliau pada
saat masih hidup, itu berarti juga dianggap sebagai sahabat. Hal ini sangat
bertentangan dengan ajaran islam.
C.
bekerja
untuk dunia seperti akan hidup selamanya
اعمل لدنياك كأنك
تعيش ابدا واعمل لأخرتك كانك تموت غدا
sering kita dengar hadits yang
menyebutkan bahwa kita dianjurkan untuk bekerja untuk kepentingan dunia seolah-olah
akan hidup didunia selamanya, dan kita dianjurkan kita dianjurkan bekerja untuk
kepentingan akhirat seolah-olah akan mati besok. Hadist ini mengesankan bahwa
kita disuruh untuk mengejar dunia seolah-olah akan hidup selamanya, sementara
ada keterangan bahwa mengejar serta mengandung dunia itu perbuatan yang tercela
dalam agama islam.
Kualitas khadist
Diketahui
bahwa ungkapan tersebut bukan hadist nabi Saw, maka sebenernya tidak perlu lagi
diteliti apakah ia memiliki otentitas sebagai Hadist Nabi. Karenanya, ia tidak
perlu dibahas terlalu jauh. Jika dilihat dari segi matan atau subtansinya,
ungkaapan di atas juga perlu ditinjau kembali. Sebab ungkapan tersebut
mengandung perintah agar kita mencari harta dunia dengan luar biasa seperti
kita akan hidup selamanya di dunia. Hal ini sangat berlawanan dengan ajaran
Islam secara umum yang menghendaki agar manusia bersikap zuhud dan agar selalu
ingat mati. Di dalam al-qur’an juga telah dijelaskan bahwa tidak ada perintah
mencari harta di dunia.
BAB
III
PENUTUPAN
A.
KESIMPULAN
a. Tanpa
Nabi Muhammad Dunia Tidak Tercipta
Penyematan hadits
tersebut adalah.
ﻟﻭ
ﻻ ﻚ ﻴﺎ ﻣﺣﻤﺪ ﻤﺎ ﺨﻠﻘﺖ ﺍﻷﻔﻼ ﻚ
Seandainya
bukan karena kamu hai Muhammad, niscaya Aku tidak akan menciptakan dunia ini.
Dalam
disiplin ilmu hadist, Hadist diatas disebut hadist Qudsi. Hadis Qudsi adalah
firman Allah yang tidak tercantum dalam Al-qur’an berbeda dengan Al-Qur’an yang
memiliki nilai mu’jizat, hadist Qudsi tidak memiliki nilai mu’jizat. Dalam
otentisitas gadist Qudsi sama hanya hadist nabawi, ada yang shohih, hasan,
dho’if, bahkan ada yang maudhu’.
b. ibadah haji dan ziarah kubur nabi SAW
para
jamaah haji yang melaksanakn rukun islam kelima ini biasanya menyempatkan untuk
berziarah kemakam nabi Muhammad SAW, karena kebiasaan itulah banyak yang beranggapan
bahwa orang yang pergi haji tidak berziarah kemakam nabi Muhammad dianggap
berlaku tidak sopan pada beliau. Bahkan ada juga yang menganggap ibadah hajinya
tidak sempurna.
c. bekerja
untuk dunia seperti akan hidup selamanya
kita
dianjurkan bekerja untuk kepentingan dunia seolah-olah kita akan hidup didunia
selama-lamanya, dianjurkan untuk bekerja demi kepentingan akhirat seolah olah
kita akan mati besok. Hadist ini mengesankan bahwa kita disuruh untuk
mengejar-ngejar dunia seolah-olah mau hidup selamanya, sementara ada keterangan
keterangan bahwa mengejar-ngejar serta menggandrungi dunia itu perbuatan yang
tercela dalam agama islam.
sering
kita dengar hadits yang menyebutkan bahwa kita dianjurkan untuk bekerja untuk
kepentingan dunia seolah-olah akan hidup didunia selamanya, dan kita dianjurkan
kita dianjurkan bekerja untuk kepentingan akhirat seolah-olah akan mati besok.
Hadist ini mengesankan bahwa kita disuruh untuk mengejar dunia seolah-olah akan
hidup selamanya, sementara ada keterangan bahwa mengejar serta mengandung dunia
itu perbuatan yang tercela dalam agama islam.
B.
SARAN
Dengan mempelajari hadist, selain
bisa mengetahui hadist shohih tidaknya hadist, matan hadist, rowi dan kisah
dari hadist tersebut, juga bisa mengetahui kelayakan hadist yang bermasalah
yang akan kita gunakan sebagai hujjah. Oleh karena itu sebagai pelajar kita
harus mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.., karena mereka telah
mengetahui apa itu hadist hadist yang bermasalah.
DAFTAR
PUSTAKA
.
- Yaqub, Ali Mustafa. 2005. Hadist Hadist Bermasalah. Jakarta: Pustaka Firdaus.
- Al-Busti, Muhammad Bin Hibban.1992. kitab al-majruhim min al-muhadditsin wa al-matrukin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Jauzi. 1995. Al Maudhuat. Yogyakarta: Pustaka Firdaus.
[1] Ali
Mustafa. Hadist Hadist Bermasalah. Pustaka
Firdaus. Jakarta. 2005. Hlm 43.
[2]
Ibnu al-jauzi, al-maudhu’at. Editor taufiq hamdan, dar al-kutub al’ilmiyah,
Beirut, 14015/1995, 1/213-214; imam jalal al-din al-suyuti,
[3]
Ali Mustafa. Hadist Hadist Bermasalah….
Hlm 48.
[4]
Ibn hibban al-busti, kitab al-majruhim min al-muhadditsin wa al-dhu’afa wa
al-matrukin, dar al-ma’rifah.
0 komentar:
Posting Komentar