PERKEMBANGAN
MASYARAKAT DESA DAN KOTA DIBIDANG POLITIK, EKONOMI, DAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masyarakat setempat adalah istilah
yang menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, atau sebuah suku suatu
bangsa. Atau masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang
ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Masyarakat pedesaan
adalah masyarakat yang mempunyai hubungan lebih erat dan lebih mendalam
daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Masyarakat
pedesaan ialah masyarakat yang mendiami suatu wilayah tertentu yang ukurannya
lebih kecil dari wilayah kota. Masyarakat desa adalah bentuk persekutuan abadi
antara manusia dan institusinya dalam wilayah setempat yaitu tempat mereka
tinggal di rumah-rumah pertanian yang tersebar dan di kampung yang biasanya
menjadi pusat kegiatan bersama. Masyarakat
perkotaan adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi
nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini
Dalam bidang ekonomi masyarakat desa
cenderung pada pertanian, atau mengolah lahan. Dalam bidang ekonomi masyarakat
lebih luas dibanding dengan desa. Dalam hal politik Masyarakat kota lebih maju
dibanding dengan masyarakat desa, dalam bidang pendidikan masyarakat kota
leboih maju karena mempunyai berbagai jaringan yang luas dan berbagai fasilitas
yang lengkap karena pengaruh perkembangan yang ada.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa
penjabaran materi dari latar belakang diatas. Diantaranya yaitu:
1.
Apa pengertian
masyarakat setempat, masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan?
2.
Bagaimana Masyrakat
Pedesaan dalam bidang politik, ekonomi dan pendidikan?
3.
Bagaimana Masyrakat
Perkotaan dalam bidang politik, ekonomi dan pendidikan?
C.
Tujuan
Makalah ini kami susun guna untuk
mengetahui pengertian masyarakat setempat, masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan, hingga mengetahui bagaimana kondisi Masyrakat Pedesaan dan kota
dalam bidang politik, ekonomi dan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Masyarakat
1.
Masyarakat setempat
suatu wilayah kehidupan sosial yang
ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu[1].
2.
Masyarakat pedesaan
Masyarakat pedesaan ialah masyarakat
yang mendiami suatu wilayah tertentu yang ukurannya lebih kecil dari wilayah
kota. Masyarakat desa adalah bentuk persekutuan abadi antara manusia dan
institusinya dalam wilayah setempat yaitu tempat mereka tinggal di rumah-rumah
pertanian yang tersebar dan di kampung yang biasanya menjadi pusat kegiatan
bersama.
a. Ciri-Ciri
Masyarakat Desa
Roucek – Warren
Ciri-ciri desa adalah :
-
Kelompok primer merupakan kelompok dominan
-
Hubungan antarwarga bersfiat akrab dan awet
-
Homogen dalam berbagi aspeknya
-
Mobilitas sosial rendah
-
Keluarga lebih dilihat fungsinya secara ekonomis sebagai unit produksi
-
Proporsi anak lebih besar
Mayor
Polak
-
Bersifat kekeluargaan
-
Bersifat koeltif dalam pembagian dan pengerjaan tanah
-
Bersifat kesatuan ekonomis, yaitu dapat memenuhi kebutuhan sendiri
(subsistensi)
Bauchmant
-
Jumlah penduduk kecil
-
Sebagian besar penduduk dari pertanian
-
Dikuasai alam
-
Homogen
-
Mobilitas rendah
-
Hubungan intim
Talcott
Parson
Afektifitas : Hubungannya dengan
perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan, dan kemesraan. Wujudnya berupa sikap
tolong menolong.
-
Bersifat kolektif dalam pembagian dan pengerjaan tanah.
- Bersfiat kesatuan ekonomis , yaitu dapat memenuhi kebutuhan
sendiri (subsistensi)
Bauchmant
-
Jumlah penduduk kecil
-
Sebagian besar penduduk hidup dari pertanian
-
Dikuasai alam
-
Homogen
-
Mobilitas rendah
-
Hubungan intim
Talcott
Parson
Afektifitas
: hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan, dan kemesraan.
Wujudnya berupa sikap tolong menolong terhadap orang lain.
Orientasi
kolektif : meningkatkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak
(enggan) berbeda pendapat
Partikularisme
: semua hal yang berhubungan dengan apa yang khusus untuk tempat atau daerah
tertentu saja, perasaan subjektif, rasa kebersamaan
Askripsi
: berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan
suatu usaha yang disengaja, tetapi lebih merupakan suatu keadaan yang sudah
merupakan kebiasaan atau keharusan
Kekaburan
(Diffusenses) : sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antarpribadi,
tanpa ketegasan yang dinyatakan secara eksplisit (tidak to the point).
b. Tipologi Perkembangan Desa
Perkembangan desa mengikuti pola sebagai berikut :
1) Desa Tradisional (Pradesa)
Pada masyarakat
suku terasing yang masih bergantung pada alam (cara bercocok tanam, cara
memasak makanan, cara pemeliharaan kesehatan) kondisi masyarakat relatif statis
tradisional masyarakat tergantung pada keterampilan dan kemampuan pemimpin
(kepala suku).
2) Desa Swadaya
Sudah mampu
mengolah alam untuk mencukup kebutuhan sendiri sudah mengenal sistem iritasi
sehingga tidak tergantung curah hujan.
3) Desa Swakarsa (Desa peralihan)
Sudah menuju ke
arah kemajuan benih-benih demokrasi sudah mulai tumbuh 9tidak lagi tergantung
pada pemimpin) mobilitas sosial sudah mulai ada baik vertikal maupun
horizontal.
4) Desa Swasembada
Masyarakat sudah
tergolong maju sudah mengenal mekanisasi dan teknologi ilmiah partisipasi
masyarakat dalam bidang pembangunan sudah efektif.
3.
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat
perkotaan adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi
nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini.
a. Ciri – Ciri Kehidupan Masyarakat Kota Sebagai berikut
:
- Pembagian kerja
sudah terspesialisasi dengan jelas
- Organisasi sosial
lebih berdasar pada pekerjaan dan kelas sosial daripada kekeluargaan
- Lembaga
pemerintahan lebih maju berdasar teritoritum daripada kekeluargaan t
- Terdapat sistem
perdagangan dan pertukaran
- Mempunyai sarana
komunikasi dan telekomunikasi yang lengkap
- Berteknologi yang
rasional.
b. Ciri-ciri masyarakat kota menurut Talcott Parson
antara lain :
- Netralitas
efektif, memperhatikan sikap netral, mulai sikap acuh tak acuh sampai tidak
memperdulikan jika menurut pendapatnya tidak ada sangkut pautnya dengan
kepentingan pribadinya.
- Orientasi diri,
menonjolkan kepentingan pribadi dan tidak segan-segan menentang jika dirasa
tidak cocok atau diasakan melanggar kepentingannya
- Universalisme,
berpikir objektif, menerima segala sesuatu secara objektif
- Prestasi, suka
mengejar prestasi, karena prestasi mendorong orang terus maju.
- Spesifitas,
menujukkan sesuatu yang jelas dan tegas dalam hubungan antara pribadi,
maksudnya niat dinyatakan secara langsung (to the point).
B.
Masyrakat Pedesaan
dalam bidang politik, ekonomi dan pendidikan
1.
Politik
Pendidikan politik terhadap warga desa
merupakan salah satu alternatif proses demokratisasi di negara kita karena
melalui cara inilah mereka menyadari bahwa demokrasi merupakan salah satu alat
atau sarana yang efektif dan efesien bagi pewujudan kesejahteraan di setiap
aspek kehidupan masyarakat desa.
Demikian yang disampaikan oleh Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP
UNSIL, Akhmad Satori, S.IP., M.SI dalami Seminar dengan tema “Pendidikan
Politik Bagi Masyarakat Desa” yang diadakan pada hari Kamis, 24 Februari 2011
di Balai Desa Cigunung Kecamatan Parung Ponteng Kabupaten Tasikmalaya. Acara
ini di selenggarakan oleh Mahasiswa KKN Universitas Siliwangi Tasikmalaya yang
merupakan salah satu program kerja KKN di desa tersebut.
Pemahaman yang keliru terhadap politik
dalam masyarakat desa, menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi politik di
tingkat grassroot (desa), hal ini sangat rawan untuk dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang memiliki kepentingan politik untuk memobilisasi masyarakat
demi kepentingan mereka. Selain itu
sikap skeptik masyarakat desa yang menganggap bahwa politik diasumsikan dengan
sesuatu yang kotor dan kejam dan perasaan bahwa politik bukan bidang mereka
adalah faktor yang menghambat kemajuan masyarakat desa, baik secara ekonomi
maupun sosial politik.
Oleh karenanya, Untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang politik, dan akhirnya masyarakat dapat
berpartisipasi dalam kegiatan politik secara maksimal, maka salah satu upaya
adalah melalui Pendidikan politik, pendidikan politik bisa dilakukan dengan
berbagai macam cara, salah satunya dengan memaksimalkan peranan forum warga
baik yang berbasiskan batas administratif seperti forum RT, RW, rembug desa;
maupun yang berbasis pada kelembagaan dan komunitas seperti karang taruna, PKK,
kelompok shalawatan, kelompok pengajian, kelompok tani, kelompok pedagang,
kelompok peternak, dll. Semua forum warga ini bisa menjadi media efektif bagi
upaya pendidikan politik warga desa.
2.
Ekonomi
Daerah pedesaan di Jawa Tengah merupakan
wilayah yang memiliki potensi alam yang besar, akan tetapi potensi yang besar
itu hanya sebagian kecil yang telah dikembangkan menjadi aktivitas
perekonomian. Penduduk pedesaan Jawa Tengah lebih banyak tertuju pada sektor
primer, sehingga lebih banyak kegiatan mengolah tanah untuk kegiatan pertanian.
Sementara produksi alam lainnya belum banyak dimanfaatkan, kondisi ini menyebabkan
besarnya ketergantungan masyarakat kepada keadaan alam. Suatu desa memiliki
tanah yang subur dengan pengairan yang lebih, maka dapat dipastikan kalau
secara ekonomi penduduk desa itu ekonominya lebih baik. Sebaliknya apabila
lingkungan alamnya kurang menunjang, pertaniannya kurang subur, maka ekonomi
penduduk desa dapat dipastikan sebagian masyarakat desa masih hidup dalam
kemiskinan dan keterbelakangan.[2]
Penyebab dari permasalahan (kemiskinan) adalah kondisi alam desa dan manusianya
sendiri. Secara geografis kondisi suatu desa, tanahnya subur tetapi belum
diolah secara maksimal karena penduduknya yang jarang dan berpindah-pindah. Ada
juga suatu desa yang kurang subur tetapi penduduknya padat sehingga menimbulkan
berbagai permasalahan. Dari berbagai permasalahan yang kompleks, pemerintah
berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan tujuan untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang terjadi di pedesaan, disamping mengurangi kesenjangan sosial
antara masyarakat desa dengan masyarakat kota. Pembangunan itu sendiri
merupakan rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang dilakukan
secara sadar oleh masyarakat bersama pemerintah menuju modernisasi dalam rangka
pembinaan bangsa.[3]
Masyarakat desa dalam kehidupan
sehari-harinya menggantungkan pada alam. Alam merupakan segalanya bagi penduduk
desa, karena alam memberikan apa yang dibutuhkan manusia bagi kehidupannya.
Mereka mengolah alam dengan peralatan yang sederhana untuk dipetik hasilnya
guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alam juga digunakan untuk tempat tinggal.[4]
Seperti diketahui masyarakat pedesaan sering diidentikkan sebagai masyarakat
agraris, yaitu masyarakat yang
kegiatan ekonominya terpusat pada pertanian. Sektor ini belum bisa melahirkan
bermacam pekerjaan, untuk itu mereka tidak bisa mengandalkan pendapatan dari
hasil pertanian. Sektor ini merupakan sektor penting dalam perekonomian
kebanyakan negara berkembang. Hal ini dapat dilihat pada peranannya dalam
menciptakan pendapatan nasional, walaupun besar peranan sektor pertanian di
negara berkembang pada taraf permulaan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Namun perhatian pemerintah untuk mengadakan perubahan dibidang perikanan sangat
terbatas. Ada kecenderungan untuk mengabaikan sektor ini hal ini bersumber pada
pandangan yang meragukan kemampuan sektor perikanan sebagai penggerak
pertumbuhan ekonomi.[5]
Pemerintah menitikberatkan pembangunan pada sektor ekonomi khususnya ekonomi
pertanian dengan tujuan meningkatkan produksi pertanian dan perekonomian
masyarakat sekaligus peningkatan pembangunan desa dalam bidang kependudukan
ditekankan sekecil mungkin angka kelahiran dengan keluarga berencana.
Pembangunan pedesaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya.
Pembangunan pedesaan mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat pedesaan yang
terdiri dari berbagai sektor serta program yang saling berkaitan. Pembangunan
tersebut dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan dan bantuan dari pemerintah
melalui departemen dengan aparatnya di daerah. Selanjutnya pembangunan pedesaan
dilakukan untuk meletakkan dasar pembangunan nasional yang sehat dan kuat.
Pedesaan merupakan landasan ekonomi, politik budaya, serta pertahanan dan
keamanan.[6]
3.
Pendidikan
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam mengelola
dan memanfaatkan sumberdaya lokal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat
miskin.
Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan serta aksesibilitas bagi
kelompok pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, kerajinan dan perempuan
dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip agribisnis, agroindustri, pengelembagaan yang dapat memecahkan
persoalan yang dihadapi dengan mengoptimalkan potensi wilayah masing-masing.
Memberdayakan masyarakat agar mampu mengembangkan diri melalui
inovasi-inovasi dan dilakukan secara partisipatoris, yang pendekatan metodenya
berorientasi pada kebutuhan kelompok masyarakat sasaran.
C.
Masyrakat Perkotaan
dalam bidang politik, ekonomi dan pendidikan
1.
Politik
Masyarakat politik adalah masyarakat
yang sadar politik atau masyarakat yang keikutsertaan hidup bernegara menjadi
penting dalam kehidupannya sebagai warga Negara. Perlu diingat bahwa
tugas-tugas Negara bersifat menyeluruh dan kompleks, sehingga tanpa dukungan
positif dari seluruh warga Negara atau masyarakat, tugas-tugas Negara akan
banyak yang terbengkalai. Masyarakat politik yang terdiri dari elite politik
dan massa politik serta menjadi peserta rutin dalam kompetisi politik harus
dibangun sebagai komponen masyarakat yang memmpunyai etika politik dalam
demokrasi. Mereka harus disadarkan bahwa demokrasi bukan hanya kompetisi bebas
dengan menggunakan partai-partai untuk merebut jabatan pemerintahan, tetapi
demokrasi juga adalah menghormati harkat martabat hidup manusia dan membangun
system politik, ekonomi, dan sosial yang berdikari. Ciri-ciri masyarakat
politik antara lain : Dengan sadar dan sukarela menggunakan hak pilihnya dalam
pemilu terutama hak pilih aktif.
Bersifat kritis terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dengan
sikap: Menerima sebagaimana adanya, Menolak dengan alas an tertentu, atau Ada
yang suka diam tanpa memberikan reaksi apa-apa, Memiliki komitmen kuat terhadap
partai politik yang menjadi pilihannya, Dalam penyelesaiannya suatu masalah
lebih suka dengan cara dialog atau musyawarah
2.
Ekonomi
Karakteristik ekonomi masyarakat perkotaan
Masyarakatn di kota umumnya telah memiliki konsep perekonomian yang
baik dan memadai. Hal ini terwujud karena di perkotaan telah memiliki
fasilitas, serta sarana dan prasarana yang mendukung proses berjalanya suatu
aktifitas perekonomian masyarakat perkotaan. Kestabilan ekonomi di daerah
perkotaan sangat di pengarui oleh kreatifitas masyarakatnya, utamanya adalah
pemerintah yang berperan dalam memberikan kebijakan , serta masyarakat sebagai
pelaku sector ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, masyarakat kota telah
terbagi kedalam berbagai profesi, heterogen yakni di mulai dari pemerintah,
pegawai negri, pegawai swasta, buruh, petani serta para pekerja di bidang
tertentu lainya. Di kota di kenal berbagai instansi serta sarana umumyang
berperan aktif dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat kota, yakni seperti perbankan, koprasi, pegadaian,
pasar , mall, dan lain-lain.Berdasarkan uraian diatas, maka sebenarnya kota
telah memiliki kesejateraan ekonomi yang baik walaupun pada kenyataanya masih
ada masyarakat yang tinggal di kota dan tergolong miskin. Namun jika di
rata-ratakan secara umum, maka kota telah berasil
membangun fasilitas ekonomi dengan baik.Perencanaan pembangunan ekonomi wilayah diharapkan dapat
mewujudkan keadaan yang yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah tersebut.
Keadaan yang berimbang berarti menekan adanya kesenjangan antardaerah, kelompok
dan golongan masyarakat. Pembangunan wilayah
yang berimbang mengimplikasikan pertumbuhan yang merata di daerah yang berbeda. Namun hal ini bukan
berarti bahwa setiap daerah dibangun dengan cara yang sama atau dengan pola pengembangan ekonomi
serta industri yang sama. Pembangunan yang tidak
berimbang disebabkan oleh faktor-faktor geografi, sejarah, politik, kebijakan pemerintah, administrasi dan sosial
ekonomi.Pembangunan yang berkelanjutan adalah suatu keadaan dimana pembangunan
tidak menyebabkan keadaan yang semakin memburuk dari waktu ke waktu. Konsep ini
menerapkan konsep waktu yang tidak terbatas tetapi tujuan pemba-ngunan harus
dicapai pada batas waktu tertentu. Untuk mencapai keadaan ini, di masa yang
akan datang harus sehingga memiliki nilai yang sama dengan saat sekarang.
Pembangunan yang berkelanjutan meng-isyaratkan tingkat perubahan
pembangunan (rate of change of development) yang bernilai positif
sepanjang waktu.
3.
Pendidikan
Pola pikir akan pendidikan antara masyarakat perkotaan dengan
pegunungan jelas berbeda. Hal ini diperkuat dengan kondisi geografis antar
keduanya. Di perkotaan yang cenderung berada di dataran rendah sedangkan
pegunungan umumnya di daerah dataran tinggi. Perbedaan geografis ini
berpengaruh terhadap kecenderungan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya
ke jenjang yang lebih tinggi.
Sebagai contoh Kota Salatiga, kota kecil dihimpit dua kota besar
di Indonesia, Semarang dan Solo. Salatiga terletak didaerah dataran rendah
ditengah Pegunungan Merbabu dan Telomoyo, Jawa Tengah. Mempunyai lebih dari 2
playgroup, 10 taman kanak-kanak, 15 sekolah dasar, 10 sekolah menengah pertama,
3 sekolah menengah atas, 3 sekolah menengah kejuruan, beberapa madrasah
tsanawiyah (setingkat dengan smp) dan madrasah aliyah (setingkat sma), 3
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
Sedangkan di Desa Nogosaren, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
yang secara geografis terletak di daerah dataran tinggi, tepat di bawah
pemancar yang ada di puncak Gunung Telomoyo. Desa ini hanya memiliki 1 taman
kanak-kanak dan 1 sekolah dasar. Kecamatan Getasan sendiri terdapat kurang
lebih 15 Desa.
Melihat deskripsi wilayah dari kedua wilayah yang berbeda di
atas tampak terlihat dari segi kuantitas wadah pendidikan. Kecenderungan ini
merupakan salah satu penyebab kurangnya minat akan pendidikan di daerah Desa
Nogosaren. Penyebab lain juga terlihat dari segi geografis lingkungan tempat
tinggal, Desa Nogosaren yang cenderung memiliki topografi curam berlembah
sedangkan di Salatiga dengan topografi yang cenderung datar. Kondisi topografi
bisa menjadi faktor yang bisa mempengaruhi pendidikan. Untuk menuju Sekolah
Dasar Nogosaren, anak-anak harus menempuh perjalanan hampir 3 km dengan kondisi
jalan yang curam dan naik turun. Sampai di sekolah anak-anak terlihat lesu dan
kelelahan karena menempuh perjalanan cukup jauh dan berliku, sehingga materi
pelajaran kurang bisa diserap secara maksimal oleh siswa-siswi. Masyarakat di Desa
Nogosaren sendiri rata-rata memiliki riwayat pendidikan SD hingga SMP. Di Dusun
Karang Bawang Desa Nogosaren sendiri hanya ada 1 anak yang masih aktif duduk di
bangku SMK, dari 8 anak yang seharusnya duduk di bangku sekolah menengah atas,
dan ada 1 yang pernah mengalami menjadi mahasiswa namun berhenti dengan alasan
ekonomi dan keluarga ( Darno, Kadus Karang Bawang Desa Nogosaren).
Jika dilihat dari mata pencaharian masyarakat Salatiga dan
Nogosaren sendiri terdapat suatu perbedaan yang memungkinkan adanya pengaruh
terhadap pola pikir masyarakat akan pentingnya pendidikan. Di Salatiga sendiri
cenderung memiliki pekerjaan yang beragam, dari wiraswasta, karyawan, pegawai,
peternakan, sampai ke pertanian ditekuni masyarakat. Dari sini memperlihatkan arus likuiditas keuangan sangat
cepat terjadi. Banyaknya wadah lembaga keuangan seperti bank, koperasi,
pegadaian memungkinkan masyarakat untuk melakukan pinjaman berjangka guna
memenuhi pendidikan bagi putra-putrinya. Lingkungan juga merupakan salah satu
unsur yang tidak bisa dipungkiri terkait dengan pendidikan. Masyarakat kota
yang setiap hari melihat kapitalis antar sesama, persaingan dalam memenuhi
kebutuhan, sehingga muncul pemikiran untuk menekankan pendidikan sebagai hal
utama bagi putra-putrinya.
Lain dengan di Desa Nogosaren, dimana mayoritas mata
pencaharian masyarakat adalah peternak sapi perah dan selain itu dengan bertani
di ladang. Rata-rata di tiap kepala keluarga memiliki dua sampai enam sapi.
Sangat menggiurkan jika setiap panen susu dengan tiga sapi bisa mencapai 30-40
liter per hari, dengan harga 2600 rupiah per liternya (Darno, Kadus Karang
Bawang Desa Nogosaren). Sungguh nilai yang tidak sedikit jika diakumulasikan
selama satu bulan, hampir 2,5 juta rupiah didapatkan dari hasil penjualan susu tersebut.
Nilai yang sebanding dengan masyarakat perkotaan yang kesehariannya sebagai
karyawan. Meskipun aspek financial yang mencukupi tidak membuat masyarakat
Nogosaren terutama di Dusun Karang Bawang untuk menyekolahkan putra-putrinya ke
jenjang yang lebih tinggi. Pemikiran tradisional masih melekat di benak
khalayak warga, dimana pendidikan tinggi belum tentu akan membawa dampak
positif bagi keluarga toh akhirnya akan kembali juga menjadi peternak sapi
perah (Darno, Kadus Karang Bawang Desa Nogosaren).
Realita yang terjadi di perkotaan dan pegunungan terkait dengan
pendidikan memang menjadikan maklum bagi sebagian khalayak. Aspek geografis
wilayah dan pemikiran dari masing-masing wilayah juga berpengaruh terhadap
statement tentang pendidikan itu penting.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masyarakat pedesaan adalah masyarakat
yang mempunyai hubungan lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka
dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Masyarakat pedesaan ialah masyarakat
yang mendiami suatu wilayah tertentu yang ukurannya lebih kecil dari wilayah
kota. Masyarakat desa adalah bentuk persekutuan abadi antara manusia dan
institusinya dalam wilayah setempat yaitu tempat mereka tinggal di rumah-rumah
pertanian yang tersebar dan di kampung yang biasanya menjadi pusat kegiatan
bersama. Masyarakat
perkotaan adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi
nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini
Dalam bidang ekonomi masyarakat desa
cenderung pada pertanian, atau mengolah lahan. Dalam bidang ekonomi masyarakat
lebih luas dibanding dengan desa. Dalam hal politik Masyarakat kota lebih maju
dibanding dengan masyarakat desa, dalam bidang pendidikan masyarakat kota
leboih maju karena mempunyai berbagai jaringan yang luas dan berbagai fasilitas
yang lengkap karena pengaruh perkembangan yang ada.
B.
Saran
Dengan mempelajari sosiologi selain bisa mengetahui keadaan suatu masyarakat .
perkembangan masyarakat desa dan kota dibidang
politik, ekonomi, dan pendidikan merupakan cara yang baik dalam proses belajar.
Oleh karena itu sebagai kaum pelajar kita harus mengembangkannya dalam
kehidupan sehari-hari.Pelajar adalah masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap
sebagai kaum pelajar, karena mereka telah mengetahui apa perkembangan
masyarakat desa dan kota dibidang politik, ekonomi, dan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
- Soekanto, Soerjono. 1969. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Universitas Indonosia.
- Anwar, Affendi. 2002. Kumpulan Materi Kuliah PWD-IPB 2002-2004. Bogor: Program Studi PWD-IPB.
- Axelord, Robert. 1997. The Complexity Of Coorperation. New jersey: Princetown University Press.
- BPS,Bappenas dan UNDP. 2000. Menuju Konsensus baru Demokrasi dan Pembangunan Manusia di Indonesia. Jakarta
.
[1] Soekanto, Soerjono, Sosiologi
Suatu Pengantar, ( Jakarta, Yayasan Penerbit Universilat Indonesia: 1969)
hal: 127.
[2]Sri Saadah Soepono, et al, Corak
dan Pola Kehidupan Sosial Ekonomi Pedesaaan: Studi tentang Kewiraswastaan Pada
Masyarakat di Plered, (Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai
Budaya Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan,
1995), hlm 1.
[3]Sondang P. Siagian, Administrasi
Pembangunan, (Jakarta: Gunung Agung, 1974), hlm. 21.
[4]I. N. Beratha , Teknologi Desa, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm.13.
[5]Sadono Soekirno, Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan
Daerah, (Jakarta: Lembaga Penerbit UI, 1985), hlm. 85.
0 komentar:
Posting Komentar