(MISI KHUSUS PANGERAN DARI NEGERI SEBRANG)
Asal Usul Sultan Hadlirin
Sebenarnya
Sultan Hadlirin bukanlah asli putra Jepara melainkan berasal dari aceh. Putra
dari seorang penguasa di Aceh yang bernama raja Syech Mukhayyat Syah. Semasa
kecil beliau bernama Raden Toyib dan mempunyai kakak bernama Raden Takyim,
sifat mereka berdua sangatlah berbeda Raden Takyim hanya suka berfoya-foya dan
bermewah mewahan, sedangkan Raden Toyib lebih suka mempelajari ilmu ilmu yang
berhubungan dengan tata pemerintahan. Oleh karena sifat mereka yang berbeda itu Syech
Mukhayyat lebih memilih Raden Toyib sebagai penggantinya untuk memimpin wilayah
Aceh. sebelum syech Mukhayyat meninggal dunia, beliau mendesak Raden Toyib agar
mau menjadi sultan Aceh, karena permintaan ayahandanya akhirnya Raden Toyib pun
bersedia menerima jabatan yang disandangkan padanya. Akan tetapi karena yang
seharusnya menjadi sultan adalah kakaknya, seusai pengangkatan Raden Toyib
sebagai sultan muncul beberapa konflik baru. Setelah mengetahui hal tersebut
Raden Toyib dengan ikhlas menyerahkan tahtanya kepada Raden Takyim kakaknya.
Dengan
satu niat untuk mengembangkan agama Islam Raden Toyib pergi mengembara tanpa
tujuan yang pasti seusai menyerahkan tahtanya kepada Raden Takyim. sesampainya
di daratan Tiongkok, Raden Toyib bertemu dan bahkan diangkat anak seorang patih
Tionghoa yang bernama Cie Wie Gwan. Mereka hidup dengan damai dan bahagia,
tetapi pada suatu ketika giwang mahkota kaisar rusak dan kaisar menyuruh patih
Cie Wie Gwan untuk memperbaikinya dengan konsekuensi jikalau 40 hari patih Cie
Wie Gwan gagal memperbaiki giwang mahkota tersebut maka dia akan dihukum mati. Mendengar
itu ayah angkat Raden Toyib merasa takut dan sedih dia mencari seseorang yang
dapat memperbaiki giwang tersebut keseluruh penjuru pelosok negeri tapi tidak
ada satupun yang sanggup memperbaikinya. Melihat kegelisahan ayah angkatnya,
Raden Toyib pun bertanya tentang masalah yang di hadapinya. Raden toyib
mendengar penuturan ayahnya dengan seksama, dan setelah tuntas penuturan patih
Cie Wie Gwan, Raden Toyib menyatakan sanggup memperbaiki giwang mahkota sang
kaisar. Ia pun meminta satu kamar khusus yang mana tidak ada yang boleh masuk.
Setelah satu minggu Raden Toyib keluar dari kamar itu dengan membawa giwang
mahkota yang telah diperbaiki, bahkan lebih bagus dari sebelumnya.
Lima tahun kemudian Raden Toyib
kembali melanjutkan mengembara sampai pesisir utara yang dikenal dengan Bandar
Jepara. Sebuah pelabuhan perdagangan yang sudah ramai karena Bandar Jepara
merupakan salah satu dari delapan kerajaan yang merdeka di pulau Jawa dan
Madura (Banten, Jakarta, Cirebon Prawoto, Kedu, Madura, Kalinyamat) sehingga
Bandar Jepara merupakan garis pelayaran dan perdagangan di Malaka. Untuk
menyebarkan agama Islam Raden Toyib menyamar sebagai rakyat biasa. Karena
keramahannya beliau banyak disegani sehingga banyak yang tertarik ajakannya
dalam mendalami ilmu agama Islam.
Setelah
beberapa lama tinggal di Bandar Jepara, timbul niat Raden Toyib untuk
mengapdikan dirinya di kerajaan kalinyamat yang saat itu menguasai Jepara.
Setibanya di keraton kalinyamat ia bertemu dengan penjaga gerbang dan
menyampaikan maksudnya tersebut dan ingin bertemu dengan sang ratu Kalinyamat.
Setelah bertemu dan menyampaikan maksud dan tujuannya, ia di beri amanat
sebagai tukang kebun di kawasan keraton. Pada suatu ketika ratu Kalinyamat
memeriksa kerajaan, disaat ia melihat Raden Toyib hatinya berdebar-debar dan
merasa kalau Raden Toyib bukanlah orang biasa. Segera ratu Kalinyamat
menanyakan hal itu tetapi Raden Toyib tidak berkenan untuk menjawab, akhirnya
ia dipenjara. Beberapa waktu lamanya Raden Toyib akhirnya berkenan menceritakan
asal usulnya, kedua kalinya hati ratu Kalinyamat berdebar dan teringat ramalan
dari ayahnya kalau jodohnya bukanlah dari masyarakat Jawa. Karena itu Ratu
Kalinyamat yakin kalau Raden Toyib adalah jodoh yang dikirimkan tuhan untuknya.
Tidak dijelaskan bagaimana sikap Raden Toyib saat itu, tapi yang pasti Raden Toyib
bersedia menikahi kanjeng ratu Kalinyamat.
Pemerintahan Sultan Hadlirin
Setelah
menikah, ratu Kalinyamat menyerahkan tahta dan semua urusan yang menyangkut
pemerintahannya kepada Raden Toyib dan sekaligus mengampu putra pangiri yang
belum dewasa. Setelah Raden Toyib dinobatkan menjadi Adipati Jepara sekitar
tahun 1536, beliau diberi nama Sultan Hadlirin yang artinya raja yang datang
dari seberang. Sementra ratu Kalinyamat hanya jadi pendampingnya saja. Dan
bahkan ayah angkat sultan Hadlirin dipanggil dan dijadikan patih dikerajaan untuk
membantu sultan Hadlirin dalam menjalankan tata pemerintahannya. Dengan
bijaksana mereka memimpin wilayah kekuasaannya yang meliputi Jepara, Juana,
Pati, Rembang.
Dikarenakan
tidak mendapatkan keturunan, sedangkan anak yang di angkat dari sultan Hasanuddin
adalah seorang perempuan yang berarti kedudukannya tidak terlalu kuat jika
meggantikannya kelak, akhirnya ratu Kalinyamat meminta suaminya tuk menikah
lagi. Setelah menimbang berbagai hal, akhirnya sultan hadlirin menikah dengan
putri Raden Ayu Pidobinabar yang tak lain putri dari sunan Kudus. Dengan ini
terjadi penggabungan dua kekuasaan, yaitu Kudus dan Jepara.
Sultan Hadlirin Wafat
Ketika
Demak terjadi perebutan tahta kerajaan, konon Setelah Raden Patah meninggal
yang disusul pula dengan Pangeran Sabrang Lor, Sultan Demak II, tahta kerajaan
harusnya berpindah tangan ke adiknya yang paling tua yaitu Pangeran Seda Lepen.
Namun ia juga meninggal setelah di bunuh oleh Sunan Prawoto yang nampaknya
telah mengincar tahta kerajaan Demak. Karena pembunuhan tersebut kesultanan
kerajaan demak jatuh ke tangan Pangeran Trenggana ayah Sunan Prawoto.
Setelah
Pangeran meninggal cita-cita Sunan Prawoto tercapai, ia menjadi pewaris tahta
kerajaan Demak. Namun Arya Penangsang menjadi geram karena pembunuh ayahnya
menjadi malah muncul sebagai Sultan Demak. Merasa sebagai pewaris kesultanan
Demak yang sah, maka Arya Penangsang menyuruh abdinya untuk membunuh Sunan
Prawoto. Usaha tersebut berhasil, tapi kekuasaan dan kekayaan jatuh ketangan
Sultan Hadlirin yang sekaligus mendapat hak menjadi pengampu Arya Pangiri,
putra mahkota kerajaan Demak hingga dewasa. Hal itu bisa terjadi karena istri
Sultan Hadlirin adalah kakaknya Sunan Prawoto. Tentu saja Kanjeng Ratu
Kalinyamat dan Sultan Hadlirin meminta keadilan atas perbuatan muridnya kepada
Sunan Demak, Arya Penangsang. Tapi Sunan Kudus membenarkan perbuatan Arya
Penangsang malah ia berkata “kakakmu telah hutang pati pada Arya Penangsang”.
Kanjeng Ratu menjadi kecewa atas perkataan Sunan Kudus dan ia segera pulang
bersama suaminya. Namun di tengah perjalanan itu ia dihadang oleh utusan Arya
Penangsang yang memang di tugaskan untuk mencegatnya dan suaminya. Dalam
pencegatan itulah akhirnya Sultan Hadlirin berhasil dibunuh oleh Arya
Penangsang. Hal itu terjadi kira-kira tahun 1471 tahun Jawa atau 1549 M.
0 komentar:
Posting Komentar